Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2020

Kasus medis Hipernatremia berat akibat Psikogenik Adipsia

Hipernatremia adalah kondisi tidak normal elektrolit yang sering terjadi pada departemen emergensi. Tingkat mortalitas mencapai 40%-60% tergantung tingkat ketidaknormalan elektrolit. Mekanisme yang berpengaruh pada gangguan ini, antara lain : Destruksi.  Gangguan fungsi osmoreseptor dari hipotalamus yang mengontrol mekanisme rasa haus.  Gangguan dapat disebabkan oleh malformasi kongenital atau acquired pada kasus : Stroke.  Trauma.  Infeksi.  Berikut ini merupakan kasus Hipernatremia dengan kadar Na = 181 mEq/L tanpa disertai manifestasi neurologis.  Pria usia 56 tahun mengalami gangguan perkembangan kognitif dan ansietas, datang atas rujukan dengan indikasi Hipernatremia dan penolakan minum air. (Tidak ada keluhan tambahan).  Riwayat pengobatan :  Famotidine 40 mg.  Docusate 100 mg.  Multivitamin.  Pemeriksaaan fisik : Pasien cachexia disertai mukosa oral kering.  Tekanan darah : 99/77 mmHg.  Suhu : afebris.  Pemeriksaan pen

Manifestasi klinis dan tata laksana bayi dengan ekstrofi kandung kemih

Ekstrofi kandung kemih adalah kelainan kongenital kompleks yang meliputi : Sistem muskuloskeletal dan urin. Reproduksi. Saluran pencernaan.  Kondisi ini merupakan satu dari 3 gangguan yang termasuk dalam kompleks ekstrofi epispadia. Diagnosa.  Ultrasonografi prenatal pada beberapa kasus dapat dikonfirmasi menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Tata laksana.  Jika diagnosis pre natal belum dibuat, maka diagnosis harus ditentukan saat persalinan : Analisis ukuran kandung kemih asli. Pasien dengan bladder plate kecil mungkin mengalami penundaan rekonstruksi. Posisi testis harus diperhatikan untuk menyingkirkan kemungkinan kriptorkismus. Jika terdapat hernia inguinalis dapat diperbaiki sekaligus pada saat operasi penutupan kandung kemih. Posisi anus harus diperhatikan. Derajat diastasis simfisis pubis dan kelenturan pelvis harus diperiksa untuk memastikan tindakan osteotomi pelvis. Perawatan pre natal : Edukasi dan konseli

Kriteria diagnosis Castrate Resistant Prostate Cancer (CRPC)

Castrate Resistant Prostate Cancer (CRPC) adalah kanker prostat tahap lanjut yang masih progresif dengan terapi dengan androgen deprivation therapy (ADT).  Castrate Resistant Prostate Cancer (CRPC) bermanifestasi berupa : Keluhan klinis yang bertambah.  Adanya peningkatan serum Prostate Specific Antigen (PSA).  Munculnya metastasis baru.  CRPC = kadar kastrasi serum testosteron < 50 ng/dL atau < 1,7 nmol/L + Progresi Biokimia.  CRPC = kadar kastrasi serum testosteron < 50 ng/dL atau < 1,7 nmol/L + Progresi Radiologis.  Keterangan : Progresi Biokimia : tiga kali peningkatan berturut-turut kadar PSA serum dengan minimal interval 1 minggu, dimana dua peningkatan 50% di atas nadir, dengan PSA > 2 ng/dl. Progresi Radiologis : penampakan dua atau lebih lesi tulang pada bone scan atau lesi pada jaringan lunak menggunakan Response Evaluation Criteria in Solid Tumours (RECIST). 

Kenali secara spesifik Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang mematikan dan menjadi masalah kesehatan global

Sejak awal tahun 2020, dunia digegerkan oleh munculnya virus corona jenis baru yang mewabah di kota Wuhan, China. Virus tersebut diberi nama Novel Coronavirus (2019-nCoV). Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV) menyebabkan penyakit pernafasan derajat berat yang berpotensi mengancam jiwa. Virus ini mewabah di kota Wuhan, kemudian menyebar ke beberapa negara lainnya sehingga menjadi masalah global.  Novel Coronavirus (2019-nCoV) mulai mewabah di Wuhan, tepatnya sejak bulan Desember 2019. Pada tanggal 24 Januari 2020, pemerintah China menyatakan bahwa Novel Coronavirus (2019-nCoV) telah memakan korban jiwa sebanyak 25 orang dan menginfeksi lebih dari 830 orang sejak pertama kali muncul. Virus tersebut diduga berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Dugaan tersebut diperkuat dengan sejumlah penderita awal yang merupakan karyawan pasar makanan tersebut.  Vendor pasar makanan dan media China mela

Alur Pneumonia Novel Coronavirus (2019-nCoV)

Novel Coronavirus (2019-nCoV) merupakan virus jenis baru yang mewabah di kota Wuhan China dan telah menyebar ke beberapa negara lainnya. Novel Coronavirus (2019-nCoV) menyebabkan penyakit saluran pernafasan derajat tinggi yang berpotensi mengancam jiwa. Sampai saat ini kasusnya terus bertambah dan telah terjadi penularan antar manusia ke manusia. Usaha pencegahan penularan dilakukan namun belum tersedia vaksin untuk mencegah infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV).  Alur Pneumonia Novel Coronavirus (2019-nCoV).  ➡ Pasien dengan gejala : Demam.  Batuk.  esak nafas.  ➡ Foto toraks : untuk melihat gambaran Pneumonia. ➡ Hubungi Dinas Kesehatan atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan setempat, jika menemukan orang diduga terinfeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV).  ➡ Bila iya : Tanyakan riwayat berpergian ke China dalam 2 minggu terakhir.  ➡ Bila tidak : berikan tata laksana Pneumonia pada umumnya.  ➡ Periksa : Swab tenggorokan untuk pemeriksaan

Penularan antar manusia telah dipastikan. Waspada Pneumonia Wuhan 2019-Novel Coronavirus (2019-nCoV)

Kemunculan wabah Pneumonia Wuhan telah memasuki babak baru. Sebelumnya pihak otoritas kesehatan China menyatakan belum ada kecurigaan penyebaran antar manusia, namun kini telah dipastikan bahwa : “Pneumonia Wuhan atau 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) dapat ditularkan antar manusia” 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) adalah jenis virus baru dari family coronavirus yang menyebabkan penyakit Pneumonia derajat berat dan dapat menular dari manusia ke manusia.  Perkembangan kasus ini terus dipantau oleh organisasi kesehatan China maupun dunia. Pada tanggal 20 Januari 2020, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan pernyataan terbaru mengenai Pneumonia 2019-nCoV.  Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah melakukan beberapa hal : Memantau perkembangan penyakit Pneumonia 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV).  Meningkatkan kewaspadaan. Travel notice. Menyusun struktur penanganan kasus Pneumonia Wuhan atau Pneumonia 2019 Novel Coronavir

Kasus medis Spirosetosis Usus, diare pasca pengobatan antibiotik

Spirosetosis usus termasuk zoonosis, ditandai dengan kolonisasi mukosa kolon yang berat oleh spirochetes.  Terdapat dua jenis spesies spiroseta, yaitu : brachyspira aalborgi. brachyspira pilosicoli.  Penyakit ini dianggap tidak berbahaya karena banyak pasien yang tidak menunjukkan gejala. Namun, spiroseta dapat memperoleh patogenisitas dan menjadi invasif pada sebagian kecil pasien, karena virulensi tambahan dari spiroseta yang terlibat atau faktor yang mengarah ke pertahanan tubuh berkurang. Spiroseta melibatkan manifestasi gejala usus seperti : Diare. Cairan bernanah. Perdarahan rektum. Laporan kasus.  Seorang wanita berusia 40 tahun yang imunokompeten, dirawat di rumah sakit karena pneumonia yang berhubungan dengan asma. Pasca pengobatan dengan antibiotik, pneumonia dan asma membaik, namun pasien mengalami diare cair pada hari ke-3 perawatan. Kolonoskopi menunjukkan beberapa lesi mukosa datar meningkat pada sekum dan kolon asendens. Biopsi dia

Food Poisoning, sepele namun dapat mematikan

Food poisoning merupakan keracunan makanan yang sering terjadi pada masyarakat. Untuk mendiagnosis food poisoning perlu dilakukan : Anamnesis. Pemeriksaan fisik.  Pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebabnya.  Gejala umum food poisoning, antara lain : Nyeri/keram perut. Diare. Demam. Mual. Muntah. Gejala bervariasi dari ringan hingga berat. Tidak ada gejala yang spesifik dari food poisoning, sehingga anamnesis yang baik dapat membantu menyingkirkan kemungkinan etiologinya. Anamnesis.  Gejala umum dan gejala yang mengarah ke kecurigaan infeksi, seperti :  Demam. Muntah. Nyeri perut akut. Durasi dan karakteristik gejala ➡ Karakteristik diare : Berdarah : salmonella, shigella, e-coli (enterohemoragik).  Bau busuk: giardia, clostridium difficile (belum lama dirawat di RS/penggunaan antibiotik).  Air : viral, giardia.  Riwayat makanan : Makanan baru. Makanan mentah, kurang matang atau kotor. Riwayat : Paparan terhadap pasi

Kasus medis Nodular Episkleritis akibat pigmen kimia tattoo bola mata

Anamnesis.  Pria usia 17 tahun.  Keluhan utama : Nodul di sklera mata kiri.  Riwayat penyakit saat ini : Lima hari sebelumnya, pasien melakukan tattoo bola mata warna orange di mata kiri. Pasien menyadari warna tersebut tidak menyebar di permukaan mata.  Lesi timbul di area superior bola mata. Tidak ada rasa nyeri pada mata.  Tidak ada penurunan visus.  Riwayat penyakit dahulu : Tattoo multipel.  Pemeriksaan fisik.  OD : 20/20 OS : 20/20 Tekanan bola mata ➡ OD : 16 mmHg OS : 16 mmHg Pemeriksaan fisik mata ➡ OS : Reaksi ruang anterior hilang.  Lensa bening.  Fundus normal.  Pemeriksaan penunjang.  Ultrasound Biomicroscopy (UBM) dan B-scan ➡ UBM : Deposit pigmen di bawah episklera tanpa invasi sklera di upper nasal dan kuadran temporal.  T-sign tidak ditemukan.  Diagnosis.  Nodular Episkleritis.  Tata laksana.  Kortikosteroid oral/prednison (1 mg/kg/hari).  Antibiotik t

Kasus medis Selulitis Orbita dan Skleritis Posterior OD akibat tattoo bola mata

Anamnesis.  Pria usia 26 tahun.  Keluhan utama : Nyeri mata kanan.  Fotofobia. Penurunan penglihatan.  Edema kelopak mata.  Riwayat penyakit saat ini : Keluhan muncul setelah dua jam pasien melakukan tattoo bola mata berwarna hijau dan injeksi penisilin subkonjungtiva di tempat tattoo.  Empat hari kemudian gejala semakin parah.  Pigmen hijau yang disuntikkan didilusi dengan alkohol, air distilasi dan gliserin. Pasien memiliki tattoo multipel dan modifikasi tubuh dalam beberapa tahun terakhir.  Riwayat penyakit dahulu : Asma (+)  Alergi penisilin (+)  Rokok (+)  Kokain (+)  Metafetamin (+)  Pemeriksaan fisik.  Visus ➡ OD : 20/100 OS : 20/25 Tekanan bola mata ➡ OD : 16 mmHg OS : 14 mmHg Pemeriksaan fisik mata ➡ OD : Proptosis.  Gerakan bola mata terbatas.  Edema kelopak mata.  Pigmentasi hijau di konjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva.  Kemosis difus.  Refleks pupil lambat.  Tidak ada inflamasi

Diagnosa dan tata laksana Hand Food Mouth Disease (HFMD)

Diagnosis Hand Food Mouth Disease (HFMD) ditegakkan melalui : Anamnesis.  Pemeriksaan fisik.  Pemeriksaan penunjang.  Identifikasi virus.  Anamnesis dan pemeriksaan fisik.  Hand Food Mouth Disease (HFMD) dapat diawali dengan gejala prodomal, seperti : Demam 38°C-39°C selama 1-2 hari.  Nafsu makan menurun.  Dehidrasi.  Malaise.  Nyeri saat menelan.  Nyeri abdomen.  Kelainan pada kulit muncul 1-2 hari setelah gejala prodomal muncul.  Tanda tipikal Hand Food Mouth Disease (HFMD) : Erupsi vesikel pada telapak tangan dan kaki.  Awalnya lesi kulit tampak seperti makula. Papul multipel berwarna merah muda terang.  Kemudian membentuk vesikel-vesikel kecil berukuran 4-8 mm dengan kulit eritema di sekitarnya.  Vesikel-vesikel kemudian pecah lalu membentuk lesi-lesi erosi berbentuk oval dan berwarna kuning keabuan dikelilingi halo eritematus. Vesikel-vesikel dapat muncul pada : Kaki dan tangan.  Sisi-sisi kaki dan tangan.  Bokong.  Genit

Etiologi, epidemiologi dan patafisiologi Hand Food Mouth Disease (HFMD)

Hand Food Mouth Disease (HFMD) merupakan penyakit infeksi coxsackievirus A16 (CV-A16) dan enterovirus 71 (EV71) yang umumnya menginfeksi bayi dan anak-anak, namun juga dapat terjadi pada orang dewasa.  Infeksi coxsackievirus A16 (CV-A16) dan enterovirus 71 (EV71) menyebabkan : Erosi pada mukosa rongga mulut. Papulovesikel pada telapak tangan dan kaki.  Terkadang menimbulkan lesi kulit pada bokong dan genitalia.  Umumnya Hand Food Mouth Disease (HFMD) dapat sembuh dengan sendirinya tanpa komplikasi yang serius, namun berpotensi mengancam jiwa apabila terjadi komplikasi akibat infeksi enterovirus 71 (EV71). Manifestasi klinis Hand Food Mouth Disease (HFMD) bervariasi dari ringan (dapat sembuh sendiri) hingga berat (mengancam nyawa), sehingga membutuhkan terapi intensif.  Diagnosis dan manajemen yang adekuat diperlukan untuk kasus Hand Food Mouth Disease (HFMD) agar komplikasi yang serius dapat dihindari. Diagnosis Hand Food Mouth Disease (HFMD) ditegakkan melal

Diagnosa dan tata laksana Hepatitis B

Kriteria diagnosis.  Hepatitis B kronik ➡ HBsAg seropositif > 6 bulan.  DNA HBV serum > 20.000 IU/mL (nilai yang lebih rendah 2.000-20.000 IU/mL ditemukan pada HBeAg negatif).  Peningkatan Alanine aminotransferase (ALT) yang presisten maupun intermiten. Biopsi hati yang menunjukkan hepatitis kronik dengan derajat nekroinflamasi sedang hingga berat.  Hepatitis B Virus (HBV)  Pasien inaktif ➡ HBsAg seropositif > 6 bulan.  HBeAg (-), anti-HBe (+).  Alanine aminotransferase (ALT) serum dalam batas normal.  DNA HBV < 2.000-20.000 IU/mL. Biopsi hati yang tidak menunjukkan inflamasi yang dominan.  Resolved hepatitis infection ➡ Riwayat infeksi Hepatitis B atau adanya anti-HBc dalam darah.  HBsAg (-).  DNA HBV serum yang tidak terdeteksi. Alanine aminotransferase (ALT) serum dalam batas normal.  Komplikasi Hepatitis B.  Komplikasi yang umum terjadi pada Hepatitis B, antara lain : Serosis hati.  Dikompensasi hepatik. Hepatocelullar Carci