Skip to main content

Kenali secara spesifik Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang mematikan dan menjadi masalah kesehatan global

Sejak awal tahun 2020, dunia digegerkan oleh munculnya virus corona jenis baru yang mewabah di kota Wuhan, China. Virus tersebut diberi nama Novel Coronavirus (2019-nCoV). Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV) menyebabkan penyakit pernafasan derajat berat yang berpotensi mengancam jiwa. Virus ini mewabah di kota Wuhan, kemudian menyebar ke beberapa negara lainnya sehingga menjadi masalah global. 


Novel Coronavirus (2019-nCoV) mulai mewabah di Wuhan, tepatnya sejak bulan Desember 2019. Pada tanggal 24 Januari 2020, pemerintah China menyatakan bahwa Novel Coronavirus (2019-nCoV) telah memakan korban jiwa sebanyak 25 orang dan menginfeksi lebih dari 830 orang sejak pertama kali muncul. Virus tersebut diduga berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Dugaan tersebut diperkuat dengan sejumlah penderita awal yang merupakan karyawan pasar makanan tersebut. 

Vendor pasar makanan dan media China melaporkan, Pasar Makanan Laut Huanan menjual beberapa jenis makanan unik, seperti :
  • Anak serigala. 
  • Rubah hidup. 
  • Buaya. 
  • Salamander raksasa. 
  • Ular. 
  • Tikus. 
  • Burung merak. 
  • Landak. 
  • Daging unta. 
  • Musang. 
Berbagai binatang tersebut merupakan spesies yang terkait dengan pandemi sebelumnya, yaitu Server Acute Resporatory Syndrome (SARS). 

Virus corona merupakan virus yang kerap menginfeksi hewan. Namun, lambat laun virus itu berevolusi dan menyebar ke manusia. Novel Coronavirus (2019-nCoV) mirip dengan SARS yang mewabah di seluruh dunia pada tahun 2002-2003. Virus SARS muncul di China pada November 2002. Pada bulan Juli 2003 ditemukan sejumlah 8.000 kasus virus SARS dan tercatat 774 orang meninggal dunia. Wabah SARS juga menyebar hingga Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia. 

Menurut profesor penyakit menular dan kesehatan global di University of Oxford, Peter Horby menyatakan "Novel Coronavirus (2019-nCoV) lebih ringan dibandingkan virus SARS, virus corona membutuhkan waktu lama untuk berkembang dari gejala awal".

Gejala infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV) :
  • Infeksi saluran pernafasan bagian atas dengan tingkat ringan hingga sedang. 
  • Flu. 
  • Batuk kering atau berdahak. 
  • Kesulitan bernafas. 
  • Sakit tenggorokan.
  • Sakit kepala. 
  • Demam. 
Pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, virus tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan dengan derajat yang lebih berat, seperti :
  • Pneumonia. 
  • Bronkitis. 
  • Kematian. 
Badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) menyatakan Novel Coronavirus (2019-nCoV) belum bersifat darurat, sehingga tidak perlu dikategorikan sebagai kondisi darurat global seperti SARS. 

Kondisi di Indonesia. 
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meningkatkan kesiapan untuk mencegah dan menangani kemungkinan penyebaran Novel Coronavirus (2019-nCoV) ke wilayah Indonesia. Kemenkes sudah menyiapkan semua daerah secara berjenjang dari provinsi, kabupaten/kota, rumah sakit, laboratorium, termasuk kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang ada di pintu masuk negara (bandara, pelabuhan, pos lintas darat negara).

Direktorat Jenderal Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kemenkes telah menyiapkan :
  • 100 rumah sakit sebagai rumah sakit rujukan untuk penyakit infeksi emerging agar membuat kesiapan penanganan.
  • 860 set alat pelindung diri.
  • 12.322 masker N95.
  • 35.000 health alert card.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga mendukung perlindungan terhadap para petugas di pintu masuk negara dari kemungkinan penularan virus tersebut.

Peneliti memperkirakan puluhan juta orang dapat menjadi korban apabila Novel Coronavirus (2019-nCoV) masuk ke skala pandemi. Hasil simulasi apabila Novel Coronavirus (2019-nCoV) mencapai skala pandemi, yaitu sebanyak 65.000.000 orang dapat kehilangan nyawa dalam waktu 18 bulan. Langkah mitigasi yang harus dilakukan untuk menghadapi Novel Coronavirus (2019-nCoV) adalah dengan menciptakan vaksin. Ilmuwan perlu bergerak cepat membuat vaksin yang saat ini masih dalam pengembangan.

Cara melindungi diri dari infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV) :
  • Hindari kontak dengan orang yang menunjukkan gejala seperti batuk atau pilek.
  • Jangan menyentuh mata, hitung, mulut dengan tangan yang tidak dicuci.
  • Sering mencuci tangan dengan sabun dan air, gosok setidaknya selama 20 detik.
  • Gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol. 
  • Hindari hewan liar dan pasar hewan.
  • Segera berobat ke rumah sakit jika merasakan gejala infeksi saluran pernafasan. 
Perlukah memproteksi diri dengan menggunakan masker N95?
Masker N95 memiliki efek proteksi yang lebih baik dibanding masker bedah biasa. Masker N95 disarankan untuk dipakai pada lingkungan yang high risk atau di lingkungan yang terkonfirmasi kasus penyakit menular. Efektivitas masker N95 dalam memproteksi saluran pernafasan dipengaruhi oleh cara pakai. Salah satu keluhan saat memakai masker ini adalah kurang nyaman karena sangat rapat, sehingga kadang-kadang sengaja dilonggarkan. Pemakaian yang tidak tepat dapat mengurangi efek proteksi masker tersebut. 





Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.