Spirosetosis usus termasuk zoonosis, ditandai dengan kolonisasi mukosa kolon yang berat oleh spirochetes.
Terdapat dua jenis spesies spiroseta, yaitu :
- brachyspira aalborgi.
- brachyspira pilosicoli.
Penyakit ini dianggap tidak berbahaya karena banyak pasien yang tidak menunjukkan gejala. Namun, spiroseta dapat memperoleh patogenisitas dan menjadi invasif pada sebagian kecil pasien, karena virulensi tambahan dari spiroseta yang terlibat atau faktor yang mengarah ke pertahanan tubuh berkurang.
Spiroseta melibatkan manifestasi gejala usus seperti :
- Diare.
- Cairan bernanah.
- Perdarahan rektum.
Laporan kasus.
- Seorang wanita berusia 40 tahun yang imunokompeten, dirawat di rumah sakit karena pneumonia yang berhubungan dengan asma.
- Pasca pengobatan dengan antibiotik, pneumonia dan asma membaik, namun pasien mengalami diare cair pada hari ke-3 perawatan.
- Kolonoskopi menunjukkan beberapa lesi mukosa datar meningkat pada sekum dan kolon asendens.
- Biopsi diambil dari sekum dan kolon ascendens : menunjukkan pinggiran biru menyebar di sepanjang permukaan epitel mukosa kolon. Penemuan ini disebut "false brush border" karakteristik histologi spirosetosis usus (IS) pada pewarnaan hematoxylin eosin.
- Banyak spiroseta yang tersorot oleh pewarnaan perak Warthin-Starry.
- Metronidazole diikuti oleh amoksisilin diberikan dengan hasil yang baik.
- Kolonoskopi tindak lanjut menunjukkan tidak ada lesi usus dan pada biopsi acak terbukti bebas dari IS.
Catatan :
- Dalam kasus ini, tidak jelas kapan pasien terinfeksi oleh spiroseta dan apakah IS-nya dalam keadaan komensal. IS mungkin telah menyebabkan kolitis sebagai akibat substitusi mikroba dan perubahan hubungan host-mikroba setelah pneumonia dan pemberian antibiotik.
- Pasien mendapatkan terapi antibiotik sulbaktam/ ampisilin dan azitromisin selama seminggu. Meskipun pneumonia dan asma telah membaik, pasien mengalami diare berair pada hari ke-3 perawatan, yang kemudian diare menetap.
- Tes feses negatif untuk toksin clostridium difficile (CD) dan kultur steril.
- Tes serologis negatif untuk infeksi disentri amebik.
- Pada lamina propria, terdapat infiltrasi neutrofil sedang, bersama dengan banyak lubang gelembung udara (mikro pneumatosis). Yang terakhir ini diyakini sekunder karena asma.
- Metronidazole diikuti oleh amoksisilin diberikan dengan hasil yang baik. Kolonoskopi tindak lanjut menunjukkan tidak ada lesi usus dan pada biopsi acak terbukti bebas dari IS.
Spiroseta jarang berkaitan dengan hepatitis dan bakteremia. Kolitis pseudomembran adalah patologi yang paling umum ketika diare muncul setelah pemberian antibiotik. Namun, kasus ini menunjukkan bahwa IS dapat dimasukkan dalam daftar diagnosis banding pada diare pasca antibiotik.
Comments
Post a Comment