Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Pedoman farmakoterapi untuk pengobatan kandung kemih overaktif

Pedoman berikut ini dapat digunakan dalam pengobatan farmakoterapi kandung kemih overaktif untuk meningkatkan luaran klinis dan meminimalisasi efek samping terapi. Intervensi Konservatif. Terapi perilaku dan stimulasi listrik perlu ditawarkan dalam spektrum penatalaksanaan primer efektif sindrom kandung kemih overaktif. Intervensi Farmakoterapi : Antikolinergik. Oksibutinin (Ditropan, Ditropan XL) : Oksibutinin oral lepas cepat maupun lambat dan oksibutinin transdermal dapat memberikan perbaikan klinis objektif yang signifikan dalam 12 minggu. Oksibutinin lepas cepat lebih unggul dari segi efektivitas biaya, namun memiliki efek samping yang lebih banyak daripada antikolinergik lainnya. Efek samping oksibutinin transdermal lebih sedikit dibandingkan dengan oksibutinin oral. Tolterodin (Detrol, Detrol LA) : Tolterodine lepas cepat maupun lambat dapat memberikan perbaikan klinis objektif yang signifikan dalam waktu12 minggu. Trospium (Trosec IR and XR) : Trospium lep

Kasus medis Kandidiasis Intertriginosa dan obatnya

Penjelasan kasus. Pasien wanita usia 16 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Gatal pada jari kaki sudah terasa selama 2 minggu. Lama-kelamaan timbul luka berair yang merembet ke kulit sekitar. Kulit mulai melepuh disertai rasa gatal. Tidak terasa nyeri. Riwayat ayah menderita Diabetes Melitus. Hasil cek gula darah pasien 84 mg/dl. Diagnosis medis : Kandidiasis intertriginosa. Differential diagnosis : Eritrasma, Dermatitis Kontak Iritan ec. Pemeriksaan :  Tes Kalium Hidroksida (KOH) 10%. Pemeriksaan lampu wood. Terapi yang diberikan : Lakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada pasien tentang penyakitnya yang disebabkan oleh infeksi jamur. KIE bahwa pengobatan jamur membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan konsumsi obat-obatan yang harus disiplin setiap harinya. Mandi dengan air bersih dan sabun antiseptik. Hindari garukan untuk mencegah infeksi sekunder. Hindari lingkungan yang panas dan lembab. Memakai alas kaki yang nyama

Dermatitis kontak alergi (Allergic Contact Dermatitis) dan obatnya

Dermatitis kontak alergi (Allergic Contact Dermatitis) adalah dermatitis berupa eksema mulai dari yang ringan hingga berat. Pasien Allergic Contact Dermatitis harus dirawat selama 14-21 hari. Kondisi Allergic Contact Dermatitis bisa berkembang menjadi akut, subkutan atau kronis.  Allergic Contact Dermatitis akut ditandai dengan : eritema dan edema dengan vesikel atau bula.  Allergic Contact Dermatitis kronis ditandai dengan : likenifikasi, eritema dan pengelupasan. Tata laksana Dermatitis kontak alergi (Allergic Contact Dermatitis). Hindari agen penyebab alergi (allergen) : Hindari kontak dengan tanaman dari genus Toxicodendron. Hindari benda yang mengandung nikel, poison ivy, krim pelindung yang mengandung agen seperti disodium ethylenediamine tetra-asetat dan kosmetik yang mengandung akrilat, parafenilenadiamin, serta surfaktan seperti cocamidropropyl betaine. Gunakan sarung tangan dengan laminasi berlapis. Cuci segera setelah terpapar bahan kimia. Pemakaia

Diagnosis banding Nefrolitiasis pada orang dewasa

Gejala batu ginjal dan ureter adalah kolik ginjal dan hematuria. Menimbulkan gejala asimptomatik atau atipikal, seperti : Nyeri perut akut. Nyeri panggul. Mual. Urgensi atau frekuensi kemih. Kesulitan buang air kecil. Nyeri penis maupun nyeri testis. Diagnosis banding nefrolitiasis : Nefrolitiasis dapat dibedakan dari gangguan uretra lainnya menggunakan computed tomography (CT). Pencitraan ginjal, ureter dan kandung kemih harus dilakukan untuk memastikan adanya batu dan hidronefrosis. Radiografi abdominopelvis, pielografi intravena (intravenous pyelography / IVP) dan resonansi magnetik (magnetic resonance / MRI) perut dan panggul, direkomendasikan untuk mengkonfirmasi nefrolitiasis : Dosis radiasi efektif dari radiografi abdominal tunggal adalah 0.8 mSv. Dosis radiasi efektif untuk IVP adalah 3 mSv. CT abdomen dan panggul sebaiknya dipilih untuk mendeteksi hidronefrosis dan akurasi diagnostik tertinggi untuk nefrolitiasis. Tata laksana nefrolitiasis :

Ketahui tanda kegawatan infeksi virus Dengue pada anak

Apabila bertemu kasus pasien anak dengan infeksi virus dengue khususnya DBD, jangan lupa tanyakan tanda kegawatan (warning signs) dalam anamnesisnya. Hal ini sering dilupakan oleh dokter karena kasus DBD dengan warning signs perlu pemantauan lebih ketat. Tanda kegawatan (warning signs). Tanda kegawatan dapat terjadi pada tiap fase perjalanan penyakit infeksi virus dengue, seperti berikut : Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa transisi ke fase bebas demam/ sejalan dengan proses penyakit. Muntah yang menetap dan pasien tidak mau minum. Nyeri perut hebat. Gelisah atau perubahan tingkah laku mendadak. Perdarahan : epistaksis, feses berwarna hitam, hematemesis, menstruasi deras, warna urine gelap (hemoglobinuria/hematuria). Pusing/perasaan ingin terjatuh (giddiness). Pucat, tangan kaki dingin dan lembab. Diuresis kurang/ tidak ada selama 4-6 jam. WHO memberi pedoman bahwa saat ini terapi virus untuk infeksi virus dengue antara lain

Kasus medis Tinea Corporis pada bayi dan obatnya

Penjelasan kasus. Bayi perempuan berusia 3 bulan, mengalami keluhan sebagai berikut : Terdapat bercak berwarna putih di kulit sejak 1 bulan. Awalnya bercak tersebut hanya sedikit, namun semakin meluas. Bayi menjadi rewel. Dimandikan 2 kali sehari dengan sabun bayi. Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di keluarga. Diagnosis medis : Tinea Corporis. Differential diagnosis : Vitiligo. Pemeriksaan : Tes Kalium Hidroksida (KOH). Pemeriksaan lampu wood. Terapi yang diberikan : Mandi 2 kali sehari dengan air bersih dan sabun bayi. Pakaikan baju yang tipis dan nyaman untuk bayi. Jika bayi terlihat berkeringat segera keringkan, mandikan atau ganti pakaiannya. Hindari lingkungan yang panas dan lembab. Cetirizine drop 10mg/mL, 1 x 5 tetes. Ketoconazole 2% lotion, 2 x 1 ue oleskan. Kontrol kembali ke dokter 5 hari kemudian.

Kasus medis keropeng pada kulit kepala dengan diagnosis klinis Tularemia

Penjelasan kasus. Anak laki-laki usia 18 bulan, mengalami keluhan sebagai berikut : Demam sudah 3 hari. Batuk. Rinorea. Pasien awalnya mendapat IVIG dan aspirin dosis tinggi serta klindamisin intravena sebagai terapi empiris untuk limfadenitis. Orang tua mengaku telah membuang kutu dari daerah tersebut sekitar 3 hari sebelum memeriksakan diri ke IGD. Diagnosis medis : Penyakit zoonosis bakteri tularemia. Pemeriksaan yang dilakukan : Ruam difus yang konfluens tidak gatal, tersebar di permukaan ekstensor kedua kaki dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).  Pemeriksaan PCR virus positif untuk virus parainfluenza. Keterangan I : Pasien dipulangkan pada hari yang sama setelah mendapat penanganan IGD.  Keesokan harinya, pasien mengalami bengkak di kedua tangan dan kaki dengan limfadenopati servikal posterior kanan yang nyeri. Disertai dengan demam yang persisten. Pemeriksaan patologis menunjukkan leukositosis penanda inflamasi tinggi.  Berdasarkan ge

Kasus medis Herpes Simpleks pada penis dan mulut

Penjelasan kasus. Pasien laki-laki datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul lesi di penis sejak 3 hari yang lalu. Awalnya lesi seperti erosi kemudian menjadi seperti yang tampak pada gambar. Bengkak disertai nyeri. Panas seperti terbakar. Pasien juga mengalami bengkak pada bibir. Muncul lesi di mulut dan terasa perih. Apabila mengonsumsi makanan bibir terasa tebal. Riwayat melakukan hubungan seksual sebelumnya disangkal. Riwayat seks bebas disangkal. Riwayat konsumsi obat atau makanan tertentu disangkal. Buang air kecil tidak pernah keluar nanah atau apapun selain urine. Istri pasien tidak mengalami hal serupa. Istri pasien tidak mengalami keputihan. Pasien sebelum berobat mengaku mengonsumsi ibuprofen dan dexa untuk keluhan nyeri kaki. Diagnosis medis : Herpes Simpleks, yaitu salah satu infeksi yang menyebabkan penyakit herpes. Keterangan : Herpes Simpleks 1 dan 2 dapat terjadi bersamaan apabila pasien melakukan 2 hal saat berhubungan i

Kasus medis langka Sindrom Guillain Barre (GBS) dengan pneumokokus

Kasus ini merupakan presentasi langka dari penyakit pneumokokal dengan Sindrom Guillain Barre (GBS). GBS disebabkan karena infeksi campylobacter, cytomegalovirus dan virus Epstein-Barr. Penjelasan kasus. Anak laki-laki usia 13 tahun dengan dermatitis atopik dan vaksinasi belum lengkap, keluhan sebagai berikut : Mudah Lelah, hipoaktif, bicara tidak jelas, beberapa kali tersedak. Inkonsistensi urin dan fekal. Air liur menetes, sesak napas. Gangguan pernapasan dengan skor Silverman 5/10 dan saturasi : 89% dalam udara ruangan. GCS : 15/15, penurunan kekuatan motorik pada kedua ekstremitas bawah dengan hilangnya refleks tendon dalam dan refleks Babinski negatif. Keterangan gambar : Lobus atas kanan kolaps dan pneumonia dengan infiltrat yang menyebar pada kedua lapang paru, gambaran dari ARDS dini. Diagnosis pertama : Shock Sepsis. Terapi yang diberikan : Tahap 1. Bolus cairan intravena dan kemudian didapatkan hasil : Tekanan darah sistolik: 100. Gas dar