Skip to main content

Dermatitis kontak alergi (Allergic Contact Dermatitis) dan obatnya

Dermatitis kontak alergi (Allergic Contact Dermatitis) adalah dermatitis berupa eksema mulai dari yang ringan hingga berat. Pasien Allergic Contact Dermatitis harus dirawat selama 14-21 hari. Kondisi Allergic Contact Dermatitis bisa berkembang menjadi akut, subkutan atau kronis. 
Allergic Contact Dermatitis akut ditandai dengan : eritema dan edema dengan vesikel atau bula. 
Allergic Contact Dermatitis kronis ditandai dengan : likenifikasi, eritema dan pengelupasan.



Tata laksana Dermatitis kontak alergi (Allergic Contact Dermatitis).
Hindari agen penyebab alergi (allergen) :
  • Hindari kontak dengan tanaman dari genus Toxicodendron.
  • Hindari benda yang mengandung nikel, poison ivy, krim pelindung yang mengandung agen seperti disodium ethylenediamine tetra-asetat dan kosmetik yang mengandung akrilat, parafenilenadiamin, serta surfaktan seperti cocamidropropyl betaine.
  • Gunakan sarung tangan dengan laminasi berlapis.
  • Cuci segera setelah terpapar bahan kimia.
  • Pemakaian emolien pada kulit normal setelah paparan iritasi berulang membantu mempertahankan fungsi perlindungan kulit.
Terapi yang diberikan :
  1. Kortikosteroid topikal.
  2. Inhibitor kalsineurin topikal seperti tacromilus gunakan 2 × sehari.
  3. Obat topikal lainnya seperti aluminium asetat dan losion kalsium.
  4. Fototerapi seperti narrowband UVB untuk kondisi Allergic Contact Dermatitis kronis.
  5. Imunosupresan sistemik seperti azathioprine, mycophenolate mofetil dan cyclosporine.
Allergic Contact Dermatitis yang melibatkan daerah wajah dan fleksural harus diobati dengan : 
  • Kortikosteroid topikal ringan dengan dosis 0.5mg hingga 1mg / kg per hari (maks 60mg / hari) selama 7 hari seperti tacromilus dan pimecrolimus.
  • Krim salep Tacromilus 0.1% atau krim pimecromilus 1% 2 × sehari sampai sembuh.
  • Pada dermatitis akut dan berair, kortikosteroid topikal dapat dikombinasikan dengan zat pengering seperti aluminium asetat.7. 
Kortikosteroid oral direkomendasikan untuk Allergic Contact Dermatitis yang melibatkan >20% tubuh : 
  • Prednison dimulai dengan dosis 0,5 hingga 1 mg/ kg/ hari (maksimum 60 mg/ hari) selama 7 hari dan dapat dikurangi hingga 50% dalam 5 hari berikutnya atau dikurangi secara bertahap.
Allergic Contact Dermatitis kronis seperti eksim tangan diobati dengan kortikosteroid potensi tinggi :
  • Mometasone furoate fatty cream 0,1% selama 9 minggu (3 × seminggu) atau sampai bersih dan selama 30 minggu sebagai periode perawatan.
Antihistamin sedatif seperti diphenhydramine atau hydroxyzine digunakan untuk mengurangi rasa gatal dan membantu pasien untuk tidur nyenyak :
  • Dosis tunggal hidroksioksin 1-2mg/ kg, selama 30 menit hingga 1 jam sebelum tidur.
Pembalut basah juga menenangkan dan membantu mengurangi rasa gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, serta membatasi akses ke kulit.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.