Skip to main content

Sehatkan Keluarga Lewati Pandemi dengan Imunisasi Lengkap

Salam sehat Indonesia. Pada era pandemi saat ini, kesehatan menjadi hal yang sangat mahal. Segala upaya dilakukan untuk menjaga kesehatan keluarga, salah satunya dengan imunisasi lengkap. Imunisasi merupakan langkah awal untuk mencegah penularan penyakit berbahaya. Pentingnya imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).





Dikutip dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No 12 Tahun 2017, tentang penyelenggaraan imunisasi, pasal 1 ayat 1 : "Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan."

Singkatnya, imunisasi adalah upaya meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memberikan vaksin. 

Penyakit - penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), antara lain :

  • Hepatitis B
  • Tuberkulosis 
  • Poliomyelitis
  • Difteri 
  • Pertusis
  • Tetanus
  • Pneumonia
  • Meningitis
  • Campak
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya di Indonesia, imunisasi dibagi menjadi 2 :

IMUNISASI WAJIB/PROGRAM 
yaitu, imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhannya dengan tujuan melindungi seseorang dan lingkungannya dari penyakit menular tertentu. 

Imunisasi wajib terdiri dari ;
Imunisasi rutin ➞
  • Imunisasi dasar antara 0-1 tahun. 
Jenis vaksin yang diberikan pada imunisasi dasar, antara lain :
Vaksin HB0 (untuk mencegah penyakit Hepatitis B) 
Kapan?  
  • Optimalnya diberikan pada bayi baru lahir < 24 jam. 
  • 2-3 jam setelah pemberian vitamin K. 
Dimana? 
  • HB0 disuntikkan pada 1/3 paha kanan atas bagian luar. 
Bagaimana? 
  • Intramuskular dengan dosis 0,5 ml. 
  • Menggunakan uniject, yaitu alat suntik sekali pakai yang sudah diisi dengan vaksin. 

Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin untuk mencegah penyakit Tuberkulosis) 
Kapan? 
  • Diberikan pada bayi usia 1-2 bulan. 
Dimana? 
  • Disuntikkan pada lengan atas kanan bayi bagian luar. 
Bagaimana? 
  • Intracutan dengan dosis 0,05 ml. 
Efek samping vaksin BCG :
Setelah penyuntikan, pada bagian tersebut akan menjadi luka pustul yang nantinya akan menimbulkan bekas luka. Hal tersebut adalah normal, selama luka tersebut tidak menjadi bengkak dan mengeluarkan nanah. Luka cukup dijaga agar tetap kering dan bersih. 


Vaksin polio (untuk mencegah penyakit Poliomyelitis) 
Kapan? 
  • OPV (Oral Polio Vaccine) diberikan 4 ×. 
  • IPV (Inactivated Polio Vaccine) paling tidak harus mendapatkan 1 dosis vaksin. 
Dimana? 
  • OPV (Oral Polio Vaccine) : diberikan lewat mulut bayi. 
  • IPV (Inactivated Polio Vaccine) : diberikan melalui suntikan. 

Vaksin pentavalen (terdiri dari DPT, HB, HIB) 
➞ DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) 
➞ HB (Hepatitis B) 
➞ HIB (Pneumonia, Meningitis)
Kapan? 
  • Diberikan pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. 
Bagaimana? 
  • Disuntikan dengan dosis 0,5 ml.

Vaksin campak (untuk mencegah penyakit campak) 
Kapan? 
  • Diberikan pada bayi usia 9 bulan. 
Dimana? 
  • Disuntikan pada lengan atas bagian luar. 
Bagaimana? 
  • Subcutan dengan dosis 0,5 ml.


Imunisasi lanjutan ➞ 
  • Imunisasi lanjutan untuk usia bawah 2 tahun
  • Anak usia sekolah dasar
  • Wanita usia subur (15-39 tahun). 
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau memperpanjang masa perlindungan. 

Imunisasi tambahan ➞
Imunisasi yang diberikan untuk kelompok usia tertentu yang berisko terserang penyakit sesuai kajian epidemiologi pada periode waktu tertentu. Contohnya :
  • Crash program, yaitu upaya untuk wilayah yang membutuhkan intervensi cara cepat untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB). 
  • Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang dilakukan Indonesia sebagai bentuk komitmen mewujudkan dunia bebas polio. 
Imunisasi khusus ➞
Imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Contohnya :
  • Persiapan keberangkatan jamaah haji/umroh. Calon jamaah mendapatkan imunisasi Meningitis karena Arab Saudi merupakan negara endemis Meningitis. 

IMUNISASI PILIHAN
yaitu, imunisasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, contoh :
  • Vaksin HPV
  • Vaksin MMR
  • Vaksin influenza 
  • dll

Imunisasi dasar yang belum lengkap berpotensi menyababkan Kejadian Luar Biasa suatu penyakit. Seseorang dapat dikatakan sudah mendapatkan imunisasi lengkap jika,

Bayi usia 0-11 bulan sudah mendapatkan imunisasi dasar :
  • HB 0 1 dosis
  • BCG 1 dosis 
  • DPT-HB-HIB 3 dosis
  • Polio tetes (OPV) 4 dosis
  • Polio suntik (IPV) 1 dosis 
  • Campak Rubella 1 dosis 
Anak usia 18-24 bulan sudah mendapatkan imunisasi lanjutan :
  • DPT-HB-HIB 1 dosis 
  • Campak Rubella 1 dosis
Anak usia sekolah dasar sudah mendapatkan imunisasi lanjutan :
  • Campak Rubella dan DT pada anak kelas 1 SD
  • Td pada anak kelas 2 dan 5 SD

Imunisasi Dasar Lengkap saja tidak cukup untuk melindungi seseorang dari ancaman penyakit menular. Pada era pandemi global yang terjadi sejak tahun 2019 akibat coronavirus disease (Covid-19), vaksin menjadi tumpuan penanggulangan pandemi agar kehidupan dunia dapat kembali normal. Covid-19 menyerang saluran pernafasan, bermutasi secara cepat dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi epidemiologi. Bertransmisi melalui kontak erat, aerosol droplet, fecal–oral dan fomites dari pasien yang bergejala dan tanpa gejala.

Infeksi Covid-19 dapat memperberat kondisi penyakit pernafasan lainnya seperti Pneumonia dan Tuberkulosis. Sebab itulah imunisasi lengkap sangat penting untuk menurunkan risiko gejala berat apabila terpapar Covid-19 pada masa pandemi.

Imunisasi Covid-19 diberikan sebanyak dua kali dengan rentang jarak penyuntikan 14 hari-28 hari.

Vaksin Sinovac ➞
  • Disuntikkan sebanyak dua kali
  • Rentang jarak penyuntikan 14 hari
  • Dosis 0,5 ml
Vaksin Sinopharm ➞
  • Disuntikkan sebanyak dua kali 
  • Rentang jarak penyuntikan 21 hari
  • Dosis 0,5 ml
Vaksin AstraZeneca ➞
  • Disuntikkan antara satu atau dua kali
  • Rentang jarak penyuntikan 28 hari (bila dua suntikan)
  • Dosis 0,5 ml
Vaksin Novavax ➞
  • Disuntikkan sebanyak dua kali 
  • Rentang jarak penyuntikan 21 hari
  • Dosis 0,5 ml
Vaksin Moderna ➞
  • Disuntikkan sebanyak dua kali 
  • Rentang jarak penyuntikan 28 hari
  • Dosis 0,5 ml 
Vaksin Pfizer/BioNTech ➞
  • Disuntikkan sebanyak dua kali 
  • Rentang jarak penyuntikan 28 hari
  • Dosis 0,5 ml
Selama pandemi Covid-19, lebih dari 1 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Hal tersebut harus menjadi perhatian semua pihak untuk memenuhi jadwal imunisasi lengkap tiap anggota keluarga. Selain menjaga protokol kesehatan, makanan bergizi dan olahraga, imunisasi lengkap juga penting untuk menjaga kesehatan keluarga. Lewati pandemi dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Imunisasi tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk kesehatan dan keselamatan penduduk dunia. Sehat kini dan nanti, bersama kita imunisasi.


Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.