Skip to main content

Implications of B.1.1.7 on the viral character and immune of vaccines

The United Kingdom and Northern Ireland reported to WHO about the SARS-CoV-2 mutation identified through a viral genome called VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, year 2020, month 12, variant 01) or B.1.1.7

What are the implications of the SARS-CoV-2 mutation on the viral, diagnostic, therapeutic and immune effects acquired through vaccination?

B.1.1.7 is a new variant of SARS-CoV-2 which is formed from 23 types of mutations :

  • 14 non-synonymous mutations (amino acid changes [AA]).
  • 6 synonymous mutations (non-AA).
  • 3 deletions with N501Y as the mutation considered to be the most significant.

B.1.1.7 is predominantly patients aged < 60 years and mean age 11-70 years.

Mutation is a natural process that can occur as long as the virus replicates and circulates in humans.

Mutations identified in variation VUI 202012/01 or B.1.1.7 :

N501Y ➡️

  • Amino acid mutations that are included in the six key residues in the receptor binding domain (RBD).
  • There was a substitution of asparagine (N) spike protein at position 501 receptor binding domain (RBD) with tyrosine (Y).
  • Changes in the spike protein can affect the specificity of viral binding to the ACE 2 receptor and thus interfere with antibody recognition.

Mutation of P681H ➡️

  • Mutations were found in RBD, near the furin S1 / S2 cleavage site, which is a site of high variability in the coronavirus.

Deletion 69/70 ➡️

  • The double deletion occurs spontaneously in the form of a spike protein.
  • Deletions can affect the performance of some diagnostic PCR tests that target the S gene and give a false negative reaction. However, because most polymerase chain reaction (PCR) tests have multiple targets to detect the virus, even if a mutation affects one target, the PCR test can still track other targets.

ORF 8 stop codon (Q27 Stop) ➡️

  • This mutation is not in the spike protein but in a different gene (open reading frame 8) and its function is not yet known.

There is not enough evidence that VUI 202012/01 or B.1.1.7 infection results in a more severe degree of disease than the SARS-CoV-2 variant.

Various clinical trials are still being conducted to determine whether the B.1.1.7 variant virus has different biological properties, increases the risk of reinfection and decreases the efficacy of the vaccine. Variant B.1.1.7 has a mutation in the spike protein which is the target of various vaccine candidates.

Conclusion.

  • All types of viruses can mutate over time, but mutations do not always have a positive impact on the virus itself, some can have a negative impact on the transmission of the virus itself.
  • There is not enough evidence to date whether the new variant mutations affect clinical disease severity, antibody response or vaccine effectiveness.
  • Further clinical trials are needed to understand the impact of mutations on viral, diagnostic, therapeutic and immune of vaccines.

Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.