Skip to main content

Amibigous genitalia/disorders of sex development (DSD)

Amibigous genitalia or disorders of sex development (DSD) is a sexual development disorder when the baby's genitals become unclear whether male or female. Babies who experience this condition have genitals that are not fully formed.


Amibigous genitalia in infants caused :
  • Chromosome abnormalities ➡ occur when a baby experiences deficiency or excess chromosomes in his cell, such as Turner's syndrome and Klinefelter's syndrome.
  • Hormonal abnormalities ➡ abnormalities in hormone production or sensitivity of the sexual organs during the womb against these hormones.
Amibigous genitalia does not endanger the lives of sufferers. But, sexual disorders can cause social problems.

Cause.
Causes of amibigous genitalia in men :
  • Disorders of testicular development.
  • Genetic disorders.
  • 5A-Reductase enzyme deficiency which functions in the formation of androgen hormones for the development of male genital organs.
  • Insensitivity syndrome to androgens.
  • Abnormalities in the testes and testosterone
Causes of genital amibigous in women :
  • Consumption of drugs containing androgen hormones by pregnant women.
  • Hormonal Imbalance.
  • Tumors in pregnant women that produce male sexual hormones.
  • Congenital adrenal hyperplasia.
The risk of the fetus having amibigous genitalia is still being studied. It is suspected that family history plays a role in increasing the risk of fetal sexual development abnormalities.

A family history of the disease is thought to increase the risk of the fetus having amibigous genitalia, such as :
  • The cause of child deaths is unclear.
  • Organ abnormalities.
  • Congenital adrenal hyperplasia.
  • Infertility.
  • No menstruation.
  • The growth of excess hair on the face in women.
  • Having abnormal physical development during puberty.
The symptoms.
  • The labia is closed and swollen so that it feels like a scrotum with the testes.
  • Enlargement of the clitoris so that it looks like a small penis.
  • Urinary tract hole is located above the clitoris, under the clitoris or in the area of ​​the clitoris.
  • Hypospadias.
  • An abnormally small penis.
  • Urinary opening is located close to the scrotum.
  • Loss of one or both testicles of the scrotum or parts of the scrotum suspected.
  • The scrotum looks like a labia with cryptorchidism, with or without a small penis.
Diagnosis.
  • Medical history of both parents and family.
  • Physical examination of the baby to check the structure of genital organs.
  • Blood tests to measure endocrine gland hormones, androgen receptors, 5A reductase enzymes and baby's electrolyte conditions.
  • Check the chromosomes to determine the genetic sex of the baby.
  • Ultrasound.
  • X-ray (genitography).
  • CT scan.
  • Analyzing internal genital tissue (ovarian tissue, testicular tissue or both).
Treatment.
Treatment goals for :
  • Sexual function.
  • Maintain sexual fertility when adult.
  • Maintain social interaction.
  • Maintaining psychological conditions.
Genital surgery is performed as a method of treating amibigous genitalia. Surgery is performed to maintain sexual function and form external genital organs so that they appear normal.

Comments

  1. Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
    WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.