Skip to main content

Alkaptonuria

Alkaptonuria is a rare disorder that occurs due to the buildup of homogentisic acid in the body. Resulting in urine or blackened body parts. Alkaptonuria is a genetic disorder inherited from parents. Symptoms of this disease are often overlooked and are seen after sufferers are aged 20-30 years. Homogentisic acid buildup occurs slowly causing cartilage, tendons, bones, nails or black colored ears.


Patients with alkaptonuria can live a normal life, even though the quality of life is disrupted due to joint pain or interference with the heart.

The symptoms.
  • Symptoms of alkaptonuria can occur from infancy, marked by black spots on baby diapers.
  • Symptoms become more apparent with age in the eyes, ears, nails, skin or other organs.
  • Change the color of sweat.
  • Nails turn blue.
  • Skin color changes on the forehead, cheeks, armpits and genital area.
  • Brown or gray stain on the whites of the eyes.
  • Ear cartilage turns black and blue (ochronosis).
  • Earwax turns black or reddish brown.
  • Early symptoms of osteoarthritis, such as pain or stiffness in the joints and spine, shoulders, pelvis, knees.
  • Shortness of breath or difficulty breathing.
  • Blood vessels become stiff and weak.
  • Heart valve disease.
  • Formed kidney stones, prostate or bladder.
Cause.
Normal circumstances, the body will break down two protein-forming compounds (amino acids), namely tyrosine and phenylalanine through a series of chemical reactions. In the condition of alkaptonuria, the body cannot produce enough of the enzyme homogentisate oxidase. This enzyme is needed to break down the metabolism of tyrosine in the form of homogentic acid. As a result, homogentic acid accumulates and then becomes a black pigment in the body, some of it is excreted in urine.
  • The inability of the body to produce the enzyme homogentisate oxidase is caused by a mutation in the gene producing the enzyme, namely genhomogentisate 1,2-dioxygenase (HGD).
  • This disorder is inherited in an autosomal recessive manner, meaning that the gene mutation must be inherited from the two new parents causing this disorder, not just one.
Diagnosis.
  • Urine examination to see homogentic acid content in urine.
  • DNA testing to see if HGD gene mutations occur in the body.
Treatment.
  • Slow the progression of the disease by adopting a diet low in protein to reduce levels of tyrosine and phenylalanine in the body.
  • Provision of vitamin C to slow the buildup of homogentic acid in bones and cartilage.
  • The administration of drug bernamanitisinone.
  • Giving nitisinone to reduce levels of homogentic acid in the body. Nitisinone is an inhibitor of the enzymes that make up homogentic acid.
To prevent complications :
  • Take pain relievers and inflammatory drugs to reduce joint pain.
  • Physiotherapy with the help of a transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) tool to numb the spinal cord so that the pain subsides.
  • Regular, moderate exercise to strengthen muscles and joints.

Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.