Skip to main content

Agranulocytosis

Agranulocytosis is a condition when bone marrow fails to form granulocytes. Granulocytes are mostly made up of neutrophils, which are white blood cells that work to fight infection. The body that lacks granulocytes or neutrophils will be susceptible to infection.


In normal conditions, bone marrow forms 1,500 blood neutrophils / microliters. In agranulocytosis, the absolute number of neutrophils counts <100 neutrophils / microliters of blood. When the neutrophil count is low, a mild infection can develop into a serious infection. Harmless microbes or germs can be harmful to the body.

Agranulocytosis is a fairly serious condition. If not treated immediately can result in sepsis and death.

The symptoms.
  • Fever.
  • Limp.
  • Headache.
  • Shivering.
  • Sweating.
  • Redness around the face.
  • Sore throat.
  • Sprue that does not improve.
  • Bleeding gums.
  • A boil appears on the skin.
Increasingly severe infections can result in :
  • Tachycardia.
  • Breath becomes fast.
  • Low blood pressure (hypotension).
Cause.
Agranulocytosis can occur due to birth defects (congenital) or side effects of disease, medication and medical procedures.

Congenital agranulocytosis is caused by a rare genetic disorder, namely Kostmann's syndrome. This disorder is inherited from children of parents.

70% of agranulocytosis cases are related to drug use:
  • Antipsychotics.
  • Antimalarians.
  • Anti-inflammatory.
  • Anti-thyroid.
Other causes :
  • Autoimmune conditions (lupus and rheumatoid arthritis).
  • Diseases that attack the bone marrow (aplastic anemia, leukemia and myelodisplasia syndrome).
  • Hepatitis.
  • HIV.
  • Chemotherapy.
  • Bone marrow transplantation.
  • Exposure to chemical compounds (arsenic or mercury).
Diagnosis.
  • Physical check.
  • Complete blood cell count check.
  • Absolute neutrophil count checks to check the total blood cell count, especially white blood cells. The blood test results are used for the next diagnosis. Bone marrow aspiration examination.
  • Bone marrow biopsy, which is taking blood and tissue samples from the bones of the pelvic region.
Bone marrow is a place where blood cells are produced. If a genetic disease is suspected, the doctor will conduct a genetic check. 

Treatment.
Infections that occur in agranulocytosis are treated using antibiotics. Antibiotics are given based on the severity of the infection.

Some recommended drugs according to the causes of agranulocytosis :
  • Granulocytecolony-stimulating factor (G-CSF) hormon injects hormones that stimulate bone marrow to produce more granulocytes. G-CSF injection is given by injection under the skin (subcutaneously) in agranulocytosis patients due to chemotherapy drugs. An example of G-CSF is filgrastim.
  • Immunosuppressants ➡ if agranulocytosis is caused by an autoimmune condition. Examples of immunosuppressants are corticosteroids.
  • Bone marrow transplantation.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.