Skip to main content

The mechanism of Oseltamivir and Favipiravir as a drug of choice to fight Covid-19

Oseltamivir.
Oseltamivir is available in the form of Oseltamivir Phosphate which is a prodrug. Prodrug means the initial form has no anti-viral effect and requires the enzyme esterase in the digestive tract to be replaced with Oseltamivir carboxylate which is the active form.
  • Oseltamivir is used for the treatment of influenza type A and type B, H1N1 and H5N1 virus infections.
  • The mechanism of action of Oseltamivir is as a neuraminidase inhibitor that can inhibit the release of influenza viruses that replicate from host cells and from cells that have been infected.
  • In-vitro research shows neuraminidase inhibitors do not have antiviral activity in corona virus.
  • Most of the literature does not use Oseltamivir, but in Indonesia Oseltamivir is given to Covid-19 patients and produces a fairly good response.
  • The use of Oseltamivir for Covid-19 still needs to be studied.
  • Oseltamivir is available in oral form.

Oseltamivir dose for influenza types A and B : 2 × 75 mg, for 5 days.

Oseltamivir side effects :
  • Indigestion (nausea, discomfort in the abdomen, vomiting) that can be prevented by feeding. Food does not affect Oseltamivir levels in the blood.
  • In patients with impaired kidney function, especially if creatinine clearance < 30 ml/min, Oseltamivir dosage adjustments are needed.
At present there are 3 studies that are still being processed about Oseltamivir for Covid-19 patients. Two in the form of clinical trial phase 3, one clinical trial phase 4.

Favipiravir.
Favipiravir is an anti-virus with the trademark Avigan. Favipiravir was first developed by Toyama Chemicals Japan. In 2014, Avigan obtained a marketing authorization as an anti-influenza virus in Japan.
  • Favipiravir is also effective against the Ebola virus.
  • Favipiravir/Avigan effectively and potentially inhibits the RNA-dependent RNA-polymerase (RdRp) virus, which in turn inhibits the polymerase from the virus.
  • The use of Favipiravir is relatively safe, a preliminary study of Favipiravir / Avigan on 320 Covid-19 patients in China proves the efficacy and safety of the drug.
  • Patients receiving Favipiravir therapy have a better pulmonary CT scan.
Favipiravir/Avigan is given for 14 days :
The first dose of 1600 mg tablets, 2 × daily ➡ followed by 600 mg tablets 2 × daily, on the 2nd day until the 14th day.

Favipiravir side effects :
  • There were no serious side effects in patients given Favipiravir.
  • Diarrhea.
  • Decreased liver function.
Research on Favipiravir is still ongoing today in China. Studies of Favipiravir in Covid-19 patients to date have not been published.

Comments

  1. Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
    WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.