Skip to main content

Manusia berdarah biru, kelainan darah Methemoglobinemia

Darah arteri atau vena yang mengalir dalam tubuh manusia pada umumnya berwarna merah, namun terdapat kasus medis kelainan darah yang menyebabkan darah berwarna biru, yaitu Methemoglobinemia. Ditandai dengan adanya perubahan warna air liur, urin dan feses menjadi kebiruan.


Laporan kasus.
Seorang wanita berusia 25 tahun datang ke IGD dengan keluhan :
  • Lemah.
  • Pusing.
  • Sesak nafas.
  • Perubahan warna kulit. 

  • Laju nafas : 22 kali/menit.
  • Saturasi oksigen 88%. 
  • Saturasi oksigen tidak meningkat dengan oksigen tambahan. 
  • Pasien terlihat sianosis dan mempunyai darah arteri maupun vena berwarna gelap.
  • Tekanan parsial oksigen arteri : 120 mmHg.
  • Saturasi oksigen 100% namun pada CO-oksimetri saturasinya 67%.
  • Persentase methemoglobin 44%. 
Keterangan :
Satu hari sebelumnya pasien mengaku menggunakan benzokain topikal dalam jumlah besar untuk sakit gigi.

Methemoglobinemia adalah kelainan darah yang disebabkan gangguan kemampuan pengangkutan oksigen oleh hemoglobin. Warna kulit dapat berubah menjadi pucat, kebiruan dan keunguan akibat saturasi oksigen yang rendah. Konsentrasi oksigen yang rendah dalam darah menyebabkan sianosis dan disebut darah biru.


Methemoglobinemia : MetHb >1% Hb darah. 

MetHb normal dewasa : 0,12-0,175 g/dl. 

  • Hemoglobin dewasa terdiri dari : 4 rantai polipeptida dan terikat pada heme porfirin yang di tengahnya terdapat ferrous (Fe 2+ ).
  • Methemoglobin terdapat ferric (Fe 3+ ) sehingga tidak mampu mengikat oksigen. 
Penyebab. 
Penyebab Methemoglobinemia, antara lain :
  • Diturunkan secara genetik.
  • Konsumsi obat atau makanan tertentu.
Obat-obatan yang menyebabkan Methemoglobinemia : 
  • Nitrogliserin.
  • Dapson.
  • Sulphonamide.
  • Fenitoin.
  • Fenasetin.
  • Prilokain.
Jenis makanan tinggi nitrat dapat menyebabkan Methemoglobinemia, seperti :
  • Buah bit.
  • Bayam.
  • Wortel. 
Gejala. 
Methemoglobin < 20% ➡ 
  • Asimtomatik.
Methemoglobin > 20% ➡
Gejala dini :
  • Kulit pucat.
  • Sakit kepala.
  • Takikardi.
  • Sulit bernafas.
  • Letargi. 
Gambaran darah : 
  • Kecoklatan atau chocolate brown. 
Methemoglobin > 30% ➡
Gejala berat :
  • Sianosis.
  • Depresi nafas.
  • Penurunan kesadaran.
  • Koma.
  • Shock.
  • Kejang.
Methemoglobin > 45% ➡
  • Dapat menyebabkan kematian. 

Gejala red flag yang harus diperhatikan :
  • Sianosis mendadak dengan gejala hipoksia setelah pemberian agen tertentu yang dicurigai dapat menyebabkan methemoglobinemia.
  • Hipoksia tidak membaik dengan peningkatan fraksi oksigen.
  • Darah phlebotomy berwarna merah gelap atau kecoklatan. 
Penegakan diagnosis. 
  • Methemoglobinemia dengan riwayat dan gejala, yaitu hipoksemia refrakter terhadap oksigen tambahan dan darah berwarna kecoklatan. 
  • Diagnosis pasti menggunakan gas darah arteri atau CO-oksimetri darah vena yang dapat menentukan kadar methemoglobin.
Cara pemeriksaan mudah dan cepat untuk menentukan methemoglobinemia :
  • Menempatkan 1-2 tetes darah di kertas filter putih.
  • Evaluasi perubahan warna saat terpapar oksigen. 
  • Hemoglobin deoksigenasi berubah dari merah gelap atau keunguan menjadi merah cerah.
  • Sedangkan methemoglobin tetap kecoklatan. 
Diagnosis Methemoglobinemia ditunjukkan dengan adanya “saturation gap”, yaitu perbedaan antara saturasi oksigen di pulse oximetry dan hasil gas darah arteri. 

Tata laksana. 
Terapi Methemoglobinemia adalah antidot metilen biru dan terapi suportif oksigen aliran tinggi. 
  • Untuk Methemoglobinemia : metilen biru per oral dosis 50-250 mg/hari seumur hidup. 
  • Pada pasien tanpa gejala dengan kadar methemoglobin < 20% : terapi suportif oksigen tanpa pemberian antidot metilen biru. 
  • Pada pasien dengan gejala atau kadar methemoglobin > 20% : segera berikan antidot metilen biru dengan dosis 1-2 mg/kg intravena diberikan selama > 20 menit. Ulangi dosis 1 jam setelahnya jika kadar methemoglobin masih meningkat >20%. 
Efek samping metilen biru, antara lain :
  • Mual.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Nyeri perut.
  • Sakit kepala. 
Asam askorbat atau vitamin C adalah vitamin larut air dan antioksidan yang dapat digunakan sebagai antidot methemoglobin dimana tidak adanya metilen biru atau menjadi kontraindikasi. 
  • Dosis : 10 gram intravena setiap 6 jam atau 300-1000 mg/hari per oral dalam dosis terbagi. 


Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.