Skip to main content

Diagnosis of HIV in adults

Examination for HIV diagnosis by antibody testing uses strategy III (3 types of antibodies with different sensitivity and specificity).


Chronology of HIV diagnosis.
  • Available on HIV test A1 HIV antibody test A1 ➡ Non reactive ➡ A1 Non reactive ➡ HIV negative ➡ No risk.
  • Available on HIV test A1 HIV antibody test A1 ➡ reactive ➡ HIV antibody test A2 ➡ Non reactive ➡ repeat HIV A1 and A2 tests ➡ Repeat results both Non reactive ➡ Repeat results A1 (NR) A2 (NR) ➡ HIV negative ➡ no risk.
  • Available on HIV test A1 HIV antibody test A1 ➡ reactive HIV HIV antibody test A2 ➡ Non reactive ➡ repeat HIV A1 and A2 tests ➡ both reactive / reactive one ➡ HIV antibody test A3 ➡ Non reactive ➡ A1 (R) A2 (NR) A3 (NR) ➡ risk / no risk.
  • Available on HIV test ➡ HIV antibody test A1 ➡ reactive ➡ HIV antibody test A2 ➡ reactive ➡ HIV antibody test A3 ➡ reactive ➡ A1 (R) A2 (R) A3 (NR) | A1 (NR) A2 (R) A3 (R) | A1 (R) A2 (NR) A3 (R) laboratorium laboratory reports ➡ intermediate ➡ clinical decisions.
  • Available on HIV test ➡ HIV antibody test A1 ➡ reactive ➡ HIV antibody test A2 ➡ reactive A3 HIV antibody test A3 ➡ reactive ➡ A1 (R) A2 (R) A3 (R) laboratorium laboratory report ➡ HIV positive ➡ clinical decision.
Interpretation and follow-up of anti-HIV testing.
Test Result :
  • Positive.
Criteria :
  • If the results of A1 are reactive, A2 is reactive and A3. reactive.
Follow-up :
  • If the results of A1 are reactive, A2 is reactive and A3.
Test Result :
  • Negative.
Criteria :
  • If A1 results are non reactive.
  • If the results of A1 are reactive but at repetition A1 and A2 are non-reactive.
  • If one is reactive but not at risk.
Follow-up :
  • If you do not have risky behaviors, it is recommended that healthy behavior.
  • If it is risky, a re-examination is recommended for a minimum of 3 months, 6 months and 12 months from the first examination to one year.
Test Result :
  • Intermediate.
Criteria :
  • When two reactive test results.
  • If only one reactive test, but has a risk or risk partner.
Follow-up :
  • The test needs to be repeated with a new specimen at least after two weeks from the first examination.
  • If the results remain intermediate, it is recommended by PCR examination.
  • If PCR examination is not possible, rapid tests are repeated 3 months, 6 months and 12 months from the first examination. If up to one year results remain intermediate and risk factors are low, results can be declared negative.



Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.