Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil (amandel) yang dapat menyerang segala usia.
Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak tenggorokan) yang berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme untuk mencegah infeksi.
Tonsilitis akut : dapat kambuh walaupun penderita sudah mendapatkan pengobatan, maka perlu dihindari faktor penyebab terjadinya tonsilitis kronik.
Faktor yang mempengaruhi berulangnya tonsilitis :
- Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).
- Cuaca.
- Pengobatan tonsilitis yang tidak memadai.
- Kebersihan rongga mulut yang kurang baik.
Tonsilitis kronik : tampil dalam bentuk hipertrofi hiperplasia atau bentuk atrofi. Pada anak tonsilitas kronik sering disertai pembengkakan kelenjar submandibularis adenoiditis, rinitis dan otitis media.
Penyebab.
Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptokokus atau infeksi virus.
Gambaran klinik.
- Penderita mengeluh sakit saat menelan.
- Lesu seluruh tubuh.
- Nyeri sendi.
- Suhu tubuh mencapai 40°C.
- Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau membran. Terbentuk membran pada tonsil yang disebabkan oleh tonsilitis difteri.
- Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis.
Pada tonsilitis kronik hipertrofi :
- Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata.
- Kripta lebar berisi detritus.
- Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya.
Pada tonsilitis kronik atrofi :
- Tonsil kecil seperti terpendam dalam fosa tonsilaris.
- Demam.
- Sakit kepala.
- Muntah.
Diagnosa.
- Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
- Tonsil membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan.
- Ditemukan nanah dan selaput putih tipis yang menempel di tonsil.
- embran dapat diangkat dengan mudah tanpa menyebabkan perdarahan.
- Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di laboratorium untuk mengetahui bakteri penyebabnya.
Tata laksana.
- Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per oral selama 10 hari.
Jika mengalami kesulitan menelan dapat diberikan dalam bentuk suntikan :
- Penisilin V 1,5 juta IU 2 × sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 × sehari.
- Eritromisin 500 mg, 3 x sehari.
- Amoksisilin 500 mg, 3 × sehari yang diberikan selama 5 hari.
Dosis pada anak :
- Eritromisin 40 mg/kgBB/hari.
- Amoksisilin 30 – 50 mg/kgBB/hari.
- Tidak perlu memulai antibiotik segera, tunda 1-3 hari tidak akan meningkatkan komplikasi penyakit. Antibiotik hanya memperpendek durasi gejala dan mengurangi risiko demam rematik.
- Bila suhu badan tinggi, pasien harus istirahat dan dianjurkan untuk banyak minum.
- Makanan lunak diberikan selama masih nyeri menelan.
- Analgetik (parasetamol dan ibuprofen adalah yang paling aman) lebih efektif daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala.
- Nyeri faring dapat diterapi dengan spray lidokain.
- Pasien tidak lagi menularkan penyakit sesudah pemberian 1 hari antibiotik. Jika dicurigai adanya tonsilitis difteri, penderita harus segera diberi serum anti difteri (ADS).
- Bila ada gejala sumbatan nafas, segera rujuk ke rumah sakit.
- Berikan saran agar menjauhi rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut, misalnya rokok, minuman/makanan yang merangsang, kebersihan mulut yang buruk atau penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan.
Segera rujuk jika terjadi :
- Tonsilitis bakteri rekuren (> 4x/tahun) apapun tipe bakterinya.
- Terjadi komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia yang berasal dari tonsil.
- Obstruksi saluran nafas yang disebabkan oleh tonsil (hampir saling bersentuhan satu sama lain).
- Apneu saat tidur.
- Gangguan oklusigigi.
- Jika tonsilitis tidak memberikan respon terhadap antibiotik.
Comments
Post a Comment