Skip to main content

Sindrom Stevens Johnson

Sindrom Stevens Johnson (SSJ) adalah kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. 


Sinonim penyakit Sindrom Stevens Johnson, antara lain :
  • Sindrom de Friessinger-Rendu.
  • Eritema eksudativum multiform mayor.
  • Eritema poliform bulosa.
  • Sindrom muko kutaneo okular.
  • Dermatostomatitis, dll.

Penyebab. 
Penyebab Sindrom Stevens Johnson yaitu reaksi alergi.

Gambaran klinik. 
Gejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa : 
  • Demam.
  • Malaise.
  • Batuk.
  • Korizal.
  • Sakit menelan.
  • Nyeri dada.
  • Muntah.
  • Pegal otot.
  • Atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi gejala tersebut.
Setelah itu akan timbul lesi di kulit secara simetris pada hampir seluruh tubuh berupa :
  • Kulit eritema.
  • Papel.
  • Vesikel.
  • Bula. 
Gejala pada mukosa berupa : 
  • Vesikel.
  • Erosi.
  • Ekskoriasi.
  • Perdarahan.
  • Kusta berwarna merah. 
  • Bula terjadi mendadak dalam 1-14 hari gejala prodormal, muncul pada membran mukosa, membran hidung, mulut, anorektal, daerah vulvovaginal, dan meatus uretra. 
  • Stomatitis ulseratif dan krusta hemoragis merupakan gambaran utama.
Gejala pada mata berupa :
  • Konjungtivitas kataralis.
  • Blefarokonjungtivitis.
  • Iritis.
  • Iridosiklitis.
  • Kelopak mata edema dan sulit dibuka.
  • Pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.
  • Cedera mukosa okuler merupakan faktor pencetus yang menyebabkan terjadinya ocular cicatricial pemphigoid, yaitu inflamasi kronik dari mukosa okuler yang menyebabkan kebutaan.
  • Waktu yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai 31 tahun.
Diagnosa. 
  • Diagnosis ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor penyebab yang secara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam.
  • Pemeriksaan darah tepi.
  • Pemeriksaan imunologik.
  • Biakan kuman.
  • Uji resistensi darah dan tempat lesi.
  • Pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.
Tata laksana. 
Pada umumnya penderita Sindrom Stevens Johnson datang dengan keadan berat sehingga terapi yang diberikan adalah :
  • Cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.
  • Antibiotik spektrum luas.
  • Selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
Kortikosteroid parenteral :
  • Deksamentason dosis awal 1mg/kgBB bolus, kemudian selama 3 hari, 0,2-0,5 mg/kgBB tiap 6 jam. 
  • Penggunaan steroid sistemik masih kontroversi, ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid sistemik pada anak dapat menyebabkan penyembuhan lambat dan efek samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nyawa.
  • Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. 
Feniramin hidrogen maleat dapat diberikan dengan dosis : 
  • Usia 1-3 tahun : 7,5 mg/dosis, 3 × sehari.
  • Usia 3-12 tahun : 15 mg/dosis, 3 × sehari.

  • Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan Burowi.
  • Tidak diperbolehkan menggunakan steroid topikal pada lesi kulit. 
Terapi infeksi sekunder dengan antibiotika jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisid dan tidak bersifat nefrotoksik, misalnya : 
  • Klindamisin i.v 8-16 mg/kgBB/hari, diberikan 2 x sehari




Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.