Tingkat mortalitas infeksi rabies hampir mencapai 100% jika gejala sudah muncul.
Penjelasan kasus.
- Wanita usia : 65 tahun.
- Keluhan : sesak nafas, pareshtesia lengan kanan dan ansietas.
- Riwayat penyakit saat ini : saat tiba di IGD, hasil EKG menunjukkan ST-Elevasi.
- Riwayat penyakit sebelumnya : pasien sebelumnya pernah datang ke 2 fasilitas kesehatan dengan gejala. muskuloskeletal dan serangan panik. Hasil pemeriksaan semuanya normal.
Hasil pemeriksaan fisik.
Pasien tampak takipnea dan distress.
(Gambar 1. EKG)
(Gambar 1. Hasil EKG) 1- to 2-mm ST-elevation di leads V1, V2 dan aVR (panah merah) dan ST depresi difus di banyak lead - II, III, aVF dan V3-6 (panah hitam) |
Hasil laboratorium :
- Troponin 0,8 ng/mL.
- Pottasium 2,8 mg/dL.
- Asam laktat 8,78 mmol/L.
- Bikarbonat 14 mmol/L.
- Anion gap 22.
Tata laksana.
- Pasien dilakukan kateterisasi jantung darurat, namun hasil arteri koroner bersih.
- Kemudian pasien dibawa ke ICU dan muncul gejala dipsnea dan disfagia.
- Pasien diberikan NSAIDs, dengan dugaan terjadi myopericarditis berdasarkan hasil Troponin 7,8 ng/mL, fraksi ejeksi normal, efusi pericardial trivial dan echocardiogram.
- Dalam waktu 18 jam setelah dirawat, pasien mengalami progresi cepat dari kebingungan, berontak dan instabilitas otonom.
- Hasil investigasi menunjukkan pasien sebelumnya digigit anjing di tangan kanan 5 minggu sebelumnya.
- Pagi harinya pasien tidak responsif dan ditemukan banyak sekresi oral saat intubasi.
- Hasil CT scan normal.
- Hasil pungsi lumbal : leukosit 1/ (differential : 0% sel darah merah, 89% limfosit, 11% monosit/makrofag, 0% neutofil), laktat 2,6 mmol/L, protein 27 mg/dL, dan glukosa 89 mg/dL.
- Hari ke 3 : dilakukan direct fluorescent antibody dari kulit tengkuk dan dilakukan PCR real-time reverse-transcription saliva : hasil antibody cerebrospinal fluid (CSF) negatif.
- Pasien disedasi dengan midazolam dan ketamin.
- Hari ke 8 : weaning sedasi dimulai, tampak ketidakstabilan otonom, bradikardia dan Mobitz tipe II heart block.
- Hari ke 10 : terjadi paradoxial asistol ketika distimulasi.
- Hari ke 12 : hilangnya respon imun berdasarkan tes antibody serum dan CSF.
- Hari ke 13 : pasien meninggal dunia.
Biopsi post-mortem.
Di area temporal ditemukan banyak eosinophilic intracytoplasmic neuronal inclusion bodies (Negri Bodies).
Hasil biopsi post-mortem |
Diskusi kasus.
- Patafisiologi rabies ditunjukkan dengan lyssavirus neuronal tropism dengan sebaran sentripetal sepanjang nervus perifer, dimulai dari area inokulasi, lalu menyebar ke sistem saraf pusat.
- Keterlibatan jantung pada rabies pernah dilaporkan pada tahun 1962 yang menunjukkan perubahan gelombang ST dan T non-spesifik.
- Pada pasien ini biopsi hanya dilakukan pada otak saja. Presentasi klinis konsisten dengan miokarditis.
- Hasil EKG dapat salah diinterpretasikan dengan sindrom coroner akut. Ini merupakan kasus pertama miokarditis rabies dengan presentasi EKG ST Elevasi (STEMI).
Kesimpulan.
- Di zaman dengan imunisasi hewan yang efektif, sering kali diagnosis rabies terlupakan.
- Anamnesis yang lengkap meliputi riwayat sosial, berpergian dan paparan dengan hewan perlu dilakukan.
- Diperlukan edukasi pasien dan masyarakat mengenai rabies dan pentingnya terapi efektif sebelum gejala muncul, karena fatalitas kasus ini jika gejala telah muncul.
Comments
Post a Comment