Skip to main content

Terapi Sulih Hormon (TSH) pada wanita yang telah menopause

Menopause (Klimakterium) adalah masa peralihan kehidupan wanita dimana ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur. Aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti. Pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang.


Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir. Tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklus selama minimal 12 bulan. Menopause rata-rata terjadi pada usia 50 tahun, tetapi bisa terjadi pada wanita yang berusia 40 tahun.
  • Ketika mendekati masa menopause, lama dan banyaknya darah yang keluar pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya.
  • Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya terjadi secara bertahap (baik jumlah maupun lamanya) dan jarak antara 2 siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang. Ketidakteraturan ini bisa berlangsung selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus berhenti.
Penyebab. 
  • Pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan oleh LH dan FSH yang dihasilkan kelenjar hipofisa.
  • Ovarium melepaskan sedikit estrogen dan progesteron, sehingga proses ovulasi (pelepasan sel telur) berhenti.
Menopause dini adalah menopause yang terjadi pada usia < 40 tahun. Kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Faktor keturunan.
  • Penyakit autoimun.
  • Gaya hidup tidak sehat seperti merokok.
Menopause buatan terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium. Contohnya :
  • Pembedahan untuk mengangkat ovarium.
  • Mengurangi aliran darah ke ovarium.
  • Kemoterapi.
  • Terapi penyinaran pada panggul untuk mengobati kanker.
  • Histerektomi (pengangkatan rahim). 
Gejala. 
  • Hot flashes terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung. 
  • Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan.
  • Hot flashes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause. Kebanyakan hot flashes dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun.
  • Hot flashes berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.
  • Vagina menjadi kering karena penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga ketika melakukan hubungan seksual timbul rasa nyeri.
  • Gejala psikis dan emosional.
  • Kelelahan.
  • Mudah tersinggung.
  • Susah tidur dan gelisah akibat berkurangnya kadar estrogen.
  • Pusing.
  • Kesemutan.
  • Palpitasi (jantung berdebar).
  • Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (beser).
  • Peradangan kandung kemih atau vagina.
  • Osteoporosis (pengeroposan tulang).
  • Perdarahan pasca menopause bisa merupakan petunjuk adanya suatu kelainan (termasuk kanker). 
Diagnosa. 
  • Gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
  • Pap smear : untuk mengetahui adanya perubahan pada lapisan vagina akibat perubahan kadar estrogen.
  • Pemeriksaan darah dan air kemih : untuk mengukur kadar estrogen, progestero, estron dan estradiol plasma.
Pengobatan. 
Tidak semua wanita pasca menopause perlu menjalani Terapi Sulih Hormon (TSH). Sebaiknya diskusikan risiko dan keuntungan yang diperoleh dari TSH kepada dokter. 

Dokter menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
  • Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan.
  • Membantu mengurangi kekeringan pada vagina.
  • Mencegah terjadinya osteoporosis.
Efek samping dari TSH :
  • Perdarahan vagina.
  • Nyeri payudara.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Perut kembung.
  • Kram rahim.
Untuk mengurangi risiko dari TSH dan tetap mendapatkan keuntungan dari TSH, para ahli menganjurkan untuk :
  • Menambahkan progesteron terhadap estrogen.
  • Menambahkan testosteron terhadap estrogen.
  • Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
  • Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul dan Pap smear sehingga kelainan bisa ditemukan sedini mungkin.
  • Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintetis (dibuat di laboratorium).
  • Estrogen sintetis ratusan kali lebih kuat dibandingkan estrogen alami sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause.
  • Untuk mencegah hot flashes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang sangat rendah.
  • Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala dan migren.
  • Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet atau tempelan kulit (estrogen transdermal).
  • Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser).
  • Untuk mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
  • Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini berhubungan dengan dosis dan lamanya pemakaian estrogen.
  • Jika terjadai perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim.
  • Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi risiko terjadinya kanker endometrium.
Terapi sulih hormon estrogen tidak boleh dilakukan pada wanita :
  • Pernah menderita kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut.
  • Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti.
  • Penyakit hati akut.
  • Penyakit pembekuan darah.
  • Porfiria intermiten akut.
  • Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti-cemas, progesteron atau klonidin untuk mengurangi hot flashes. 
  • Untuk mengurangi depersi, kecemasan, mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan anti-depresi.
  • Pemberian Progesteron dengan estrogen.
  • Progesteron diberikan bersamaan dengan estrogen untuk mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium.
  • Biasanya estrogen dan progesteron diberikan setiap hari. Jadwal pemberian ini biasanya akan menyebabkan perdarahan vagina yang tidak teratur pada 2-3 bulan pertama dari terapi, akan tetapi sesudahnya perdarahan biasanya akan berhenti.
  • Pemberian estrogen dan progesteron bisa dilakukan secara bergantian selama 2 minggu setiap hari minum estrogen lalu selama beberapa hari minum progesteron dan estrogen, kemudian beberapa hari di akhir bulan sama sekali tidak minum estrogen maupun progesteron. 
  • Dengan jadwal ini, perdarahan vagina terjadi pada hari dimana hormon tidak diminum.
  • Progesteron tersedia dalam bentuk tablet atau suntikan melalui otot.
Efek samping dari progesteron :
  • Perut kembung.
  • Sakit payudara.
  • Sakit kepala.
  • Perubahan suasana hati.
  • Jerawat.


Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.