Skip to main content

Tata laksana Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi serta gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness.
  • Pada morning sickness, mual dan muntah biasanya hanya berlangsung dalam 14 minggu pertama periode kehamilan dan umumnya terjadi di pagi hari. 
  • Pada Hiperemesis Gravidarum, mual dan muntah bisa terus berlangsung lebih dari 14 minggu atau bahkan hingga bayi lahir. Gejalanya pun bisa muncul sepanjang hari dan bukan di pagi hari saja. Tercatat ada beberapa penderita Hiperemesis Gravidarum yang mengalami mual hingga 50 kali dalam sehari.
Hiperemesis Gravidarum tidak boleh diabaikan dan harus ditangani secara medis. Kondisi ini dapat berpengaruh buruk pada kesehatan fisik dan psikologis penderitanya, serta pertumbuhan bayi di dalam kandungan.

Gejala. 
Berikut ini gejala Hiperemesis Gravidarum, di antaranya :
  • Mual dan muntah parah secara berkepanjangan.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Jantung berdebar.
  • Sulit menelan makanan atau minuman.
  • Mengeluarkan air liur secara berlebihan.
  • Sangat sensitif terhadap aroma.

Jika tidak ditangani dengan baik atau diabaikan, gejala Hiperemesis Gravidarum bisa memburuk dan berisiko tinggi menyebabkan komplikasi,  seperti :
  • Kehilangan berat badan.
  • Dehidrasi.
  • Konstipasi.
  • Ketosis atau peningkatan kadar asam keton yang bersifat toksik di dalam darah.
  • Hipotensi atau tekanan darah rendah.
  • Trombosis vena dalam atau penggumpalan darah di dalam pembuluh vena.
  • Pingsan.
  • Berat badan bayi rendah.

Selain berdampak pada fisik, gejala Hiperemesis Gravidarum juga dapat mengarah pada masalah lainnya, seperti :
  • Menurunnya kualitas hidup penderita akibat aktivitas sehari-hari yang terganggu, baik di dalam kehidupan keluarga, sosial, maupun pekerjaan.
  • Masalah psikologis, seperti stres, bingung, cemas, bahkan putus asa.

Diagnosa.
Diagnosis sedini mungkin dilakukan untuk membantu meredakan gejala Hiperemesis Gravidarum dan menurunkan risiko terkena komplikasinya melalui pemberian obat-obatan yang tepat dari dokter. Diagnosis juga diperlukan untuk mendeteksi adanya kondisi lain yang menyebabkan mual dan muntah selain Hiperemesis Gravidarum.

Para ahli hingga kini belum bisa mengetahui secara pasti penyebabnya.

Faktor yang dapat meningkatkan risiko Hiperemesis Gravidarum, antara lain :
  1. Pernah mengalami Hiperemesis Gravidarum di kehamilan sebelumnya.
  2. Memiliki keluarga dekat yang pernah menderita Hiperemesis Gravidarum, misalnya ibu, kakak atau adik.
  3. Mengandung anak perempuan atau anak kembar.
  4. enderita Mola Hidatidosa atau kegagalan pembentukan janin akibat kehamilan abnormal.

Diagnosis Hiperemesis Gravidarum :
  • Pemeriksaan darah.
  • Pemeriksaan urine.
  • USG untuk memastikan pasien benar-benar menderita Hiperemesis Gravidarum dan bukan kondisi lainnya yang juga menyebabkan gejala yang sama.

Beberapa contoh kondisi selain Hiperemesis Gravidarum dengan gejala mual dan muntah parah adalah :
  • Mola Hidatidosa atau kegagalan pembentukan janin akibat kehamilan abnormal.
  • Gangguan lambung.
  • Gangguan hati.
  • Penyakit usus buntu.

Pengobatan. 
Pengobatan gejala hiperemesis gravidarum harus dilakukan sedini mungkin agar hasilnya efektif. Disarankan untuk segera ke rumah sakit jika merasakan mual atau muntah yang berkepanjangan.

Jika gejala Hiperemesis Gravidarum belum terlalu parah, dokter akan meresepkan obat-obatan berikut ini :
  1. Obat-obatan steroid.
  2. Vitamin B6 dan B12.
  3. Obat antiemitik atau antimual.

Selain dengan obat-obatan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala Hiperemesis Gravidarum, di antaranya :
  • Hindari aroma-aroma yang dapat memicu mual.
  • Banyak istirahat dan kurangi gerak.
  • Ketika merasa mual, minumlah air jahe atau air soda.
  • Konsumsi makanan kering, seperti biskuit secara berkala.

Pada kasus Hiperemesis Gravidarum yang parah, penanganan harus dilakukan di rumah sakit untuk mencegah timbulnya komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan penderita serta bayi yang dikandungnya.

Tata laksana di rumah sakit, antara lain :
  1. Obat-obatan anti mual akan disuntikkan langsung ke dalam otot atau pembuluh vena pasien. 
  2. Pemasangan infus untuk menjaga asupan cairan yang dibutuhkan oleh pasien agar terhindar dari dehidrasi.



Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...