EKG adalah salah satu test diagnostik yang mempunyai nilai normal sendiri, untuk menentukan nilai normal pada EKG memerlukan analisis yang tepat. Sinus Rhytm adalah nilai normal atau parameter normal sebuah EKG. Walaupun dalam praktiknya banyak sekali variant-variant normal EKG yang akan ditemukan. Dimana variant-variant normal yang ditemukan tersebut tidak persis atau tidak sama dengan kriteria normal EKG yaitu sinus rhytm.
Kriteria normal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :
Kriteria normal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :
- Irama regular.
- Frekwensi antara 60-100x/menit.
- Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama.
- Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T.
- Gelombang P wajib positif di lead II.
- Gelombang P wajib negatif di lead aVR.
- Komplek QRS normal (0,08 – 0,11 detik).
Setiap positif elektroda yang dituju oleh arah depolarisasi (yg digambarkan oleh aksis jantung) akan menghasilkan gambaran EKG dengan defleksi positif. Begitupun sebaliknya, apabila elektroda positif dijauhi oleh arah depolarisasi (aksis jantung) akan menghasilkan gambaran EKG dengan negatif defleksi.
Untuk mengevaluasi aksis jantung ( arah depolarisasi rata-rata) yang terjadi dalam sistem konduksi jantung dengan menggunakan aksis jantung di ventrikel. Mengapa otot atrium tidak di gunakan? karena otot atrium tipis sehingga gambaran EKGnya yang berupa gel P kadang susah sekali untuk di ukur. Untuk mengevaluasi aksis jantung digunakan arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung yang terjadi di ventrikel. Arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung di otot atrium hampir sama arahnya dengan yang di ventrikel. Berdasar sistem hexaxial reference, dimana normal aksis jantung utama mengarah ke sudut antara + 40 degree sampai +60 degree.
Impuls yang dikeluarkan oleh SA node, setelah selesai melakukan depolarisasi otot atrium, impuls akan mengarah ke AV node dan bundle his. Bundle his memiliki 2 cabang yaitu kiri dan kanan, dimana bagian kiri lebih kuat impulsnya dari sebelah kanan. Untuk mendepolarisasi otot ventrikel akan dilakukan oleh kedua cabang bundle his (kanan & kiri), oleh karena cabang bundle his kiri lebih kuat impulsnya, maka arah depolarisasi akan mengarah ke kanan untuk mendepolarisasi otot septum dan otot ventrikel kanan, setelah selesai arah depolarisasi mengarah ke otot ventrikel kiri.
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, dimana contoh real dari normal 12 lead EKG pada jantung sehat yang terekam dari denyut jantung yang sama oleh beberapa sandapan.
- Di lead II yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi positif(1).
- Di lead aVR yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi negatif(2).
- Di lead V1 yaitu tampak gel r kecil (3) gelombang S yang dalam serta gel T (4) bisa defleksi positif, datar atau negatif.
- Di lead V2 yaitu ST dan T (5)sedikit elevasi, dimana akan kembali pada zero line atau isoelektrik pada lead berikutnya.
- Di lead V3 tampak gel R dan gel S hampir sama(6), dimana dilead ini adalah normal perputaran arah depolarisasi dari kanan ke kiri. Di lead ini biasa dikenal dengan daerah transition zone.
- Di lead V5 (sebagai contoh saja) karena bisa dilihat di lead yang lain juga. Adalah titik akhir gelombang S atau yang biasa dikenal dengan titik J junction(7).
- Di lead V6 tampak q kecil (8) yang merupakan opposite dari gambaran defleksi positip yang berupa r kecil.
Comments
Post a Comment