Pasien : terbukti difteri (laporkan ke dinas kesehatan).
Difteri merupakan penyakit pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang mengancam jiwa.
Cara penularan :
- Terhirup percikan ludah penderita saat bersin atau batuk.
- Barang-barang yang sudah terkontaminasi bakteri (handuk atau mainan).
- Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) di kulit penderita.
Gejala klinis :
Selaput putih di tenggorokan.
Suhu tubuh di atas 38°C.
Suara serak.
Sakit saat menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening.
Kadang disertai sesak nafas.
Tindakan :
- Isolasi.
- Kultur c.diphteria hidung, tenggorokan, kulit.
- Serum untuk pemeriksaan antibodi.
- Terapi serum antitoksin diphtheria.
- Terapi antibiotik.
- Imunisasi aktif (Td) pada fase konvalesen.
- Dua pasang kultur hidung dan tenggorokan (selang > 24 jam) minimal 2 minggu paska terapi antibiotik. Bila tanpa antibiotik, kultur dilakukan 2 minggu setelah keluhan atau 2 minggu dari awal sakit.
Identifikasi kontak erat :
- Tetapkan dan monitor tanda/ gejala difteri minimal 7 hari.
- Kultur C.diphteria (positif/negatif).
- Terapi antibiotik.
Hindari kontak erat dengan individu imunisasi tidak lengkap :
- Identifikasi kontak erat dan lakukan tidak pencegahan.
- Dua pasang kultur ulangan (selang > 24 jam) minimal 2 minggu paska terapi.
Tetapkan status vaksinasi difteri :
- < 3 dosis/ tidak diketahui : segera imunisasi sesuai jadwal.
- > 3 dosis, terakhir > 5 tahun yang lalu : segera berikan booster.
- > 3 dosis, terakhir < 5 tahun yang lalu : bila perlu beri imunisasi ke-4/ booster.
Pencegahan difteri :
- Vaksin DPT 5 kali (usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 1,5 tahun dan 5 tahun).
- Pemberian booster vaksin sejenis (Tdap/ Td) usia 10 tahun dan 18 tahun).
- Vaksin Td dapat diulang setiap 10 tahun untuk pelindungan optimal.
- Rajin cuci tangan.
- Menjaga kebersihan.
Comments
Post a Comment