Skip to main content

Kasus medis Keloid Hyperthropic pada bekas luka operasi caesar

Penjelasan kasus.
Seorang wanita usia 33 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut :
  • Benjolan di perut bekas luka operasi caesar.
  • Benjolan berwarna gelap dari kulit sekitar.
  • Sakit bila digaruk dan terasa gatal.
  • Tidak ada riwayat alergi.
  • Tidak ada riwayat diabetes melitus.


Pemeriksaan fisik.
  • Tekanan darah : 110/70.
  • Nadi : 80/menit.
  • Panjang luka : 20 cm.
Diagnosis : Keloid.

Differential diagnosis : Scar Hipertrofi.

Terapi yang diberikan :
  1. Berikan komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada pasien tentang penyakitnya.
  2. Hindari luka untuk mencegah munculnya keloid baru.
  3. Berikan komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada pasien bahwa tidak ada terapi salep/ krim yang bisa mengurangi benjolan tersebut.
  4. Injeksi triamnisolon acetonide 1 x seminggu untuk menghentikan dan mengurangi perkembangan keloid, hingga didapatkan hasil yang diinginkan pasien.
  5. Dilakukan eksisi total keloid (jahit lapis demi lapis dan tidak tension. Setelah lepas jahitan, dilakukan suntik triamcinolon intra lesi pada bekas jahitan).
  6. Instruksikan pasien untuk mengoleskan salep kortikosteroid 2 x sehari selama 6 bulan ke luka setelah pengangkatan jahitan.
Keterangan :
Berbagai jenis terapi pengobatan hyperthropic bekas luka  dan keloid antara lain : 
  • Dressing oklusif.
  • Terapi kompresi.
  • Suntikan kortikosteroid intralesi.
  • Cryosurgery.
  • Eksisi.
  • Terapi radiasi.
  • Terapi laser.
  • Terapi interferon (IFN). 
  • 5-fluorouracil (5-FU).
  • Oxorubicin, bleomycin, verapamil, asam retinoat, krim imiquimod 5%, tamoxifen, tacrolimus, toksin botulinum, perancah hidrogel.
  • Perawatan over-the-counter (misalnya ekstrak bawang : kombinasi hidrokortison, silikon dan vitamin E).
Terapi lain yang termasuk faktor penghambat pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) antara lain : 
  • Fototerapi (terapi fotodinamik [PDT].
  • Terapi UVA-1.
  • Terapi UVB narrowband.
  • Mengubah faktor pertumbuhan (TGF)-beta inhibitor, tumor necrosis factor (TNF)-halhib inhibitor (etanercept), faktor pertumbuhan epidermis manusia rekombinan (rhEGF) dan interleukin manusia rekombinan (rhIL)-10 yang diarahkan pada penurunan sintesis kolagen.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...