Sindrom Sjorgen merupakan sindrom yang menyerang sistem imun seseorang atau dikategorikan sebagai penyakit autoimun. Sindrom ini lebih banyak menyerang wanita. Penyebab Sindrom Sjorgen sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat peranan faktor genetik dan non genetik pada perjalanan penyakit Sindrom Sjorgen.
Dalam jurnal kedokteran tercatat adanya kaitan antara Sindrom Sjorgen dengan HLA DR dan DQ. Kaitan antara HLA dan Sindrom Sjorgen didapatkan hanya pada pasien yang memiliki antibodi anti SS-A atau anti SS-B.
Pada perjalanan penyakit Sindrom Sjorgen, diperkirakan terdapat infeksi virus :
- Epstein-Barr.
- Coxsackle.
- HIV dan HCV.
Proses terjadinya Sindrom Sjorgen.
Sindrom Sjogren terbentuk dari terkumpulnya limfosit (sel darah putih) pada kelenjar dan salurannya. Limfosit umumnya ditemukan dalam :
- Aliran darah.
- Kelenjar getah bening.
- Limpa.
- Sumsum tulang.
Catatan :
Keberadaan limfosit dalam kelenjar menunjukkan tanda bahwa :
- Sistem kekebalan tubuh terganggu.
- Mengganggu produksi air mata, air liur dan cairan vagina.
Reaksi sistem imun yang mendasari perjalanan penyakit Sindrom Sjogren tidak hanya sistem imun selular, tetapi juga sistem imun humoral. Keterlibatan sistem humoral dilihat dengan :
- Adanya hipergammaglobulin.
- Terbentuknya autoantibodi yang berada dalam sirkulasi.
- Kerusakan kelenjar kulit, saluran nafas dan vagina.
Gejala penyakit Sindrom Sjorgen.
Semakin lama penyakit Sindrom Sjorgen menyerang tubuh, maka akan terjadi pembesaran kelenjer parotis (di bagian leher), splenomegaly (pembesaran organ spleen), dan limfadenopati (kematian organ limfa).
Komplikasi Sindrom Sjorgen apabila tidak segera diobati :
- Pada wanita hamil bisa menyebabkan komplikasi, dimana setelah kehamilan 20 minggu antibodi ini bisa menembus plasenta dan mengakibatkan peradangan pada sistim konduksi jantung janin, sehingga menyebabkan 1%-2 % terjadinya penyakit congenital heart block (penyumbatan jantung bawaan).
- Kekeringan mata dapat menyebabkan kerusakan pada kornea. Mata menjadi rentan terhadap infeksi virus dan bakteri.
- Gigi berlubang dan infeksi gusi.
- Infeksi jamur.
- Infeksi kelenjar air liur.
- Infeksi sinus menjadi lebih sering.
- Gangguan memori dan proses berpikir.
- Tubuh lemah.
- Dalam jangka panjang bila terlambat diobati dapat menjadi keganasan (limfoma).
Comments
Post a Comment