Skip to main content

Kategori wanita yang tidak boleh mengonsumsi pil KB

Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah upaya mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Kontrasepsi merupakan program pemerintah untuk menekan jumlah pertambahan penduduk. Kontrasepsi di kalangan masyarakat sering dikenal dengan sebutan KB (Keluarga Berencana).


Salah satu metode kontrasepsi modern adalah kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal merupakan alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan menggunakan bahan baku preparat estrogen dan progesteron. 

Jenis kontrasepsi dengan metode hormonal, yaitu :
  1. Suntik.
  2. Pil.
  3. Implant.
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara diminum (pil). Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah, menghambat dan memberi jarak terjadinya kehamilan. Apabila ingin mencegah kehamilan, mengonsumsi pil KB secara teratur harus dilakukan sesuai dengan petunjuk tenaga kesehatan. 

Sebelum menggunakan alat kontrasepsi jenis pil, sebaiknya perlu mengetahui efek sampingnya. Salah satu efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi hormonal atau pil KB adalah penambahan berat badan. Hal tersebut disebabkan karena faktor hormonal. Alat kontrasepsi pil menyebabkan berkurangnya retensi air dalam tubuh, sehingga terjadi kegemukan. Hormon progesteron juga memicu bertambahnya nafsu makan. 

Perlu diketahui, ada kategori wanita yang tidak disarankan untuk mengonsumsi pil KB, diantaranya adalah :
Wanita usia lebih dari 40 tahun.
Wanita berusia lebih dari 40 tahun sudah masuk dalam fase menjelang menopause. Menopause disebabkan oleh perubahan hormon-hormon di dalam tubuh wanita. Wanita usia lebih dari 40 tahun tidak dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi jenis pil, karena sudah mendekati fase menopause, pil KB juga berisi estrogen yang dapat menyebabkan penggumpalan darah.

Wanita dengan riwayat penyakit jantung.
Wanita dengan riwayat penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal pil KB. Hal tersebut karena pil KB mengandung estrogen sintesis yang dapat memicu penggumpalan darah. Apabila penggumpalan darah terjadi pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung, maka berisiko menyebabkan kematian jaringan di otak dan berujung pada serangan stroke.

Kerja alat kontrasepsi hormonal pil KB.
Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi mencegah ovulasi (pelepasan telur selama siklus bulanan). Seorang wanita tidak akan bisa hamil apabila tidak berovulasi karena tidak ada sel telur yang dibuahi. Pil KB bekerja dengan menebalkan lendir di sekitar leher rahim yang membuat sperma sulit untuk memasuki rahim dan membuahi telur.

Sebelum memilih alat kontrasepsi, perlu diperhatikan efek samping dari setiap alat kontrasepsi yang akan digunakan, demi mencegah risiko yang dapat mengganggu kesehatan.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.