Skip to main content

Benarkah bermain video game dapat meningkatkan gejala hiperaktif (ADHD) pada anak?

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang membuat anak berperilaku impulsif (tidak berpikir panjang sebelum bertindak), hiperaktif hingga sulit berkomunikasi dengan orang lain. Anak menjadi sulit fokus karena kondisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD dapat diatasi dengan terapi dan dibantu dengan obat-obatan.


Terkait hal tersebut, perusahaan video game membuat permainan yang membantu terapi penderita ADHD. Sampai saat ini belum ada bukti yang dapat memastikan bahwa kecanduan video game bisa memicu ADHD pada anak. Anak-anak yang gemar bermain video game berisiko tinggi meningkatkan gejala ADHD beberapa tahun kemudian.

Dalam beberapa kasus tertentu, bermain video game justru membantu meredakan gejala ADHD atas dasar seperti berikut :
  1. Anak dengan ADHD mudah bosan dan pikirannya mudah teralihkan dan sewaktu bermain video game, anak dituntut untuk fokus dan merespons dengan cepat.
  2. Video game memberi respons yang berbeda-beda terhadap langkah dan keputusan yang diambil saat bermain, juga memberi banyak hal yang mampu menarik perhatian anak ADHD. 
  3. Kebanyakan anak ADHD lebih tertarik bermain video game daripada anak-anak pada umumnya.
  4. Pergerakan cepat pada layar, mampu menarik perhatian anak ADHD dan membuatnya tidak sempat berpikir hal lain.


Kesimpulan :
Faktanya, bermain video game dapat melatih kemampuan kognitif yang membuat pemainnya perlu fokus mencapai tujuan. Bermain video game juga dapat menambah kepercayaan diri anak ADHD. 

Para ahli menekankan agar orangtua tetap memberi batasan dan tidak membiarkan anak bermain video game secara berlebihan.

Para ahli menemukan terapi alternatif bagi anak penyandang ADHD yang bebas obat-obatan karena menggunakan basis pengembangan video game. 

Berikut durasi waktu yang ditetapkan untuk anak dengan ADHD bermain video game:
  • Anak usia prasekolah : hanya dengan pendampingan orang tua dengan durasi yang sangat terbatas.
  • Anak Sekolah Dasar : 1 jam sampai 1,5 jam per hari, termasuk waktu menonton TV.
  • Anak Sekolah Menengah Pertama : 1,5 jam sampai 2 jam per hari, termasuk nonton TV dan mengakses handphone.
  • Anak Sekolah Menengah Atas : 2 jam sampai  2,5 jam per hari. Durasi ini dapat dinegosiasikan sesuai kegiatan akademis. 

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.