Skip to main content

Apakah penyakit epilepsi dapat disembuhkan?

Epilepsi (penyakit ayan) adalah kondisi deficit neurology atau gangguan fungsi otak yang terjadi akibat proses lepasnya muatan listrik (overdischarge) pada sel otak (neuron). 


Fakta penyakit epilepsi :
  • Epilepsi bukan jenis penyakit mental atau gangguan intelektual.
  • Penyakit epilepsi umumnya tidak mempengaruhi daya berpikir dan belajar.
  • Epilepsi bukan penyakit menular.
Banyak masyarakat yang menganggap epilepsi sebagai penyakit kutukan, gangguan jiwa atau mental. Bahkan ada yang menganggap epilepsi sebagai penyakit menular. Stigma buruk pada penyandang epilepsi harus diluruskan agar mereka dapat hidup tanpa merasa rendah diri.

Serangan epilepsi secara klinis terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
  1. Motorik : Epilepsi yang diawali kejang dengan mulut mengeluarkan busa.
  2. Sensorik : Epilepsi yang menyerang organ sensor, seperti hidung, mata, lidah ataupun kulit sebagai alat peraba. Apabila serangan terjadi di kulit bisa berupa rasa kebal seperti kesemutan. Serangan ini sering diartikan sebagai serangan stroke ringan.
  3. Autonomik : Epilepsi yang tersembunyi seperti kejang perut. Bila ini terjadi, penderita sering didiagnosa terserang sakit maag atau stres. 
  4. Psikogenik : Epilepsi yang terparah muncul dalam bentuk halusinasi, baik pandangan, pendengaran atau penciuman. Penderita sering merasa dibisiki oleh suara-suara tertentu. Epilepsi jenis ini sulit disembuhkan, artinya menetap seumur hidup. Penyembuhan psikogenik tergantung jenis penyebabnya. Bila perdarahan otak yang menjadi penyebab, epilepsi bisa hilang asalkan perdarahan tersebut bisa diserap kembali oleh pembuluh darah.
Epilepsi bisa sembuh hingga 50% dan tidak kambuh lagi, apabila penderita disiplin minum obat dan tidak pernah kejang selama 2 tahun. Prosedur penyembuhan epilepsi membutuhkan waktu yang cukup panjang. 

Sebelum melakukan tindakan pengobatan, diagnosa epilepsi dilakukan sebagai berikut :
  1. Mengetahui informasi riwayat kejang.
  2. Pemeriksaan EEG (Electroencephalography).
  3. Pemeriksaan CT-scan.
  4. Pemeriksaan MRI.
  5. Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography).
  6. Pemeriksaan SPECT (Single Positron Emission Compuerized Tomography).
  7. Pemeriksaan Angiography.
Pertolongan pertama saat penderita epilepsi kejang :
  1. Miringkan kepalanya dan usahakan air liurnya tidak masuk ke saluran nafas. 
  2. Jauhkan dari benda berbahaya
  3. Serangan biasanya berlangsung selama 2-3 menit.
  4. Bawa ke IGD terdekat.
Status epilepsi berkepanjangan dan tergolong berbahaya apabila kejang berlangsung lebih dari 30 menit. Dalam ilmu penyakit syaraf, kondisi tersebut dapat berakibat fatal jika tidak di tangani dengan cepat, karena akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak yang bisa menyebabkan kematian.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...