Skip to main content

Kenali penyakit Kawasaki yang mengancam balita

Kawasaki merupakan penyakit langka yang menyerang dinding pembuluh darah di seluruh tubuh sehingga mengakibatkan peradangan akut, terutama pembuluh darah jantung. Penyakit tersebut ditemukan oleh Dr. Tomisaku Kawasaki asal Jepang pada tahun 1967 dan dikenal sebagai mucocutaneous lymphnode syndrome. Pada tahun 1974, penyakit kawasaki baru dikenal secara luas di beberapa negara.


Di Indonesia, penyakit kawasaki belum banyak dipahami oleh masyarakat. Bahkan dalam catatan medis di Indonesia, angka kejadiannya tergolong rendah. Oleh sebab itu diagnosa penyakit kawasaki sering kali terlambat. Penyakit kawasaki juga sering salah terdiagnosa karena memiliki gejala yang sama seperti penyakit campak, alergi obat, infeksi virus, dan penyakit gondong.

Penyakit kawasaki mayoritas menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun.

Angka kejadian tertinggi tercatat di Jepang, Korea dan Taiwan. Di Indonesia, penyakit kawasaki mulai ditemukan terjadi pada tahun 1996. Pada tahun 2005, Indonesia baru resmi tercatat dalam peta penyakit kawasaki dunia pada simposium internasional penyakit kawasaki di San Diego. Menurut perhitungan kasar, angka kejadian global penyakit kawasaki di Indonesia tercatat 3.300-6.600 kasus per tahunnya.

Penderita penyakit kawasaki, 20%-40% mengalami kerusakan pembuluh darah jantung. Komplikasi terparahnya menyebabkan kematian akibat kerusakan fungsi jantung.

Penyebab penyakit kawasaki.
Penyakit kawasaki belum diketahui penyebab pastinya. Dari beberapa journal medis, diduga penyakit tersebut disebabkan oleh gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi. Gangguan imun tersebut bisa disebabkan karena faktor genetik (keturunan). Namun belum ada bukti penelitian yang menguatkan diantara keduanya. Oleh sebab itu cara pencegahannya pun belum bisa dilakukan. Penyakit kawasaki bukan penyakit menular, tetapi dapat menyebabkan kematian apabila terlambat terdiagnosa dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat.

Gejala penyakit kawasaki :
  • Demam yang mendadak tinggi bisa mencapai 41° C.
  • Demam naik turun (berfluktuasi) selama 5 hari.
  • Demam berlangsung selama 1-4 minggu tanpa jeda normal.
  • Kebal terhadap antibiotik.
  • Timbul bercak merah di badan mirip seperti penyakit campak.
  • Tidak disertai gejala pilek.
  • Kedua mata merah.
  • Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening kadang diduga  penyakit gondong (parotitis).
  • Lidah berwarna merah seperti strawberry.
  • Bibir merah dan pecah-pecah.
  • Telapak tangan dan kaki merah dan membengkak.
  • Nyeri di persendian.

Komplikasi penyakit kawasaki.
Komplikasi umumnya terjadi pada jantung karena merusak pembuluh darah nadi. Komplikasi terjadi setelah hari ke 7-8 sejak awal timbulnya demam. Diawali dengan pelebaran dinding pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan. Akibatnya aliran darah di otot jantung terganggu sehingga terjadi kerusakan otot jantung yang dikenal sebagai infark miokard.

Pemeriksaan penyakit kawasaki.
Catatan kasus :
Pasien anak usia 1,5 tahun, datang dengan keluhan demam tinggi selama 6 hari. Sebelumnya sudah berobat ke puskesmas dengan demam dan ruam di badan dan perut, didiagnosa campak. Sekarang ruam semakin banyak, gatal, lidah dan mulut merah, nyeri sendi, pembesaran kelenjar di leher, nyeri abdomen, kondisi lemah, riwayat imunisasi lengkap.

Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien didiagnosa menderita penyakit kawasaki. Disarankan untuk rawat inap agar pasien bisa diobservasi dan difollow-up dengan baik.

Pemeriksaan fisik:
  1. Pemeriksaan jantung EKG dan ekokardiografi (USG jantung).
  2. CT scan.
  3. MRA (Magnetic Resonance Angiography).
  4. Kateterisasi jantung pada kasus yang berat. 
Pemeriksaan laboratorium:
  1. Pemeriksaan jumlah sel darah putih.
  2. Pemeriksaan laju endap darah dan C Reactive protein.
Pengobatan penyakit kawasaki.

  1. Pasien akan diberikan imunoglobulin melalui infus selama 10-12 jam. Obat tersebut berfungsi meredakan gejala penyakit kawasaki dan memperkecil risiko kerusakan jantung.
  2. Pemberian asam salisilat untuk mencegah kerusakan jantung dan sumbatan pembuluh darah.

Namun harga obat yang mahal menjadi kendala bagi pasien. 
Harga satu gram imunoglobulin berkisar Rp 1 juta. Pasien membutuhkan = 2 gram imunoglobulin per kg berat badan.

Contoh :
Berat badan pasien : 12 kg (2gram x 12 kg) maka pasien membutuhkan 24 gram imunoglobulin seharga kurang lebih 24juta/10-12 jam.

Pada fase penyembuhan,  trombosit darah akan meningkat sehingga berisiko terjadi trombus (pembekuan darah) yang menyumbat pembuluh darah jantung. Jika pengobatan dengan obat-obatan tidak berhasil, dokter akan melakukan transplantasi jantung sebagai jalan tempuh terakhir.

Penyakit kawasaki juga dapat merusak katup jantung (katup mitral) sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak beberapa tahun kemudian. Pasien yang secara klinis telah sembuh total sekalipun, pembuluh darah jantungnya akan mengalami kelainan pada lapisan dalam yang memudahkan terjadinya penyakit jantung koroner pada usia dewasa. Kenali gejala penyakit kawasaki agar dapat ditegakan diagnosa dan pengobatan yang tepat untuk mengurangi risiko kegagalan fungsi jantung.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.