Skip to main content

Kenali penyebab dan gejala sepsis

Manusia memiliki sistem kekebalan alami yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus. Namun, pada kondisi tertentu sistem kekebalan tubuh bekerja secara berlebihan sehingga memicu reaksi negatif di seluruh tubuh. Kondisi ini dikenal dengan istilah sepsis. Istilah sepsis umumnya digunakan untuk menyebut respon sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri dan virus.

Image source: visible body

Sepsis merupakan kondisi yang berisiko mematikan saat tubuh mengalami peradangan di seluruh jaringan akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme lainnya. Sepsis masuk dalam kategori Sindrom Respon Peradangan Sistemik atau Systemic Inflammatory Response Syndrom (SIRS). Bakteri atau virus dapat masuk melalui darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksi jaringan tubuh seperti paru-paru, kulit, jantung, tulang, dll.

Sepsis harus cepat ditangani oleh tim medis untuk mencegah infeksi menyebar dan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan dapat mengakibatkan kegagalan fungsi organ, perubahan aliran darah, bahkan kematian.

Macam-macam sepsis antara lain:
  • MRSA sepsis : sepsis yang disebabkan oleh Methicilin-Resisten bakteri Stapphylocoocus auerus. Bakteri tersebut menyerang darah dan jaringan tubuh lainnya. 
  • VRE sepsis : sepsis yang disebabkan oleh Vancomycin-Resisten bakteri Enterococcus species. Bakteri tersebut menyerang darah dan jaringan tubuh lainnya. 
  • Urosepsis : sepsis yang disebabkan adanya infeksi saluran kencing. Bakteri terdapat dalam urine dan menginfeksi saluran kencing. 
  • Wound sepsis : sepsis yang disebabkan oleh infeksi luka. Terjadi pada seseorang yang memiliki bekas luka pada kulit seperti luka bakar ataupun luka bekas operasi.
  • Neonatal sepsis/ Neonatorum sepsis/ Septicemia : sepsis pada bayi baru lahir, infeksi terjadi sejak 4 minggu pertama bayi dilahirkan.
  • Septic abortion : sepsis yang terjadi pada seorang Ibu yang mengalami keguguran. Infeksi terjadi saat ibu mengalami keguguran.


Sepsis dapat dialami oleh segala usia. Penyebabnya karena infeksi bakteri atau virus di dalam tubuh bagian mana saja. Bagian tubuh yang sering menjadi awal infeksi sepsis, antara lain: 
  • Aliran darah.
  • Tulang.
  • Kulit.
  • Usus.
  • Ginjal.
  • Otak.
  • Hati.
  • Kandung empedu.
  • Paru-paru.

Faktor risiko sepsis:
  • Bayi usia 4 minggu.
  • Anak-anak.
  • Manula.
  • Sistem kekebalan tubuh lemah.
  • Seseorang yang sedang kemoterapi.
  • Penderita HIV.
  • Penderita gagal ginjal.
  • Penderita diabetes. 
  • Seseorang yang memiliki luka.
  • Seseorang yang menggunakan alat medis seperti kateter atau ventilator.

Gejala sepsis sebagai berikut:
  • Tekanan darah menurun.
  • Kerusakan organ.
  • Menggigil.
  • Hilang kesadaran.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Bercak-bercak di kulit.
  • Bisul.
  • Perdarahan.
  • Sulit bernafas. 
  • Denyut jantung meningkat.

Langkah pengobatan sepsis, diantaranya sebagai berikut:
  1. Pemberian antibiotik melalui infus. Antibiotik perlu diberikan secepatnya untuk menurunkan risiko komplikasi dan kematian. Durasi penggunaan antibiotik berbeda-beda disesuaikan tingkat keparahan sepsis. Biasanya antibiotik diberikan dalam beberapa hari atau jika kondisi parah bisa mencapai waktu satu minggu.
  2. Pemberian obat peningkat tekanan darah. Contohnya, dobutamine dan norepinephrine. Obat ini bekerja mendorong otot-otot yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh dan mengencangkan pembuluh darah.
  3. Pemberian oksigen melalui selang atau alat bantu pernafasan. Apabila kadar oksigen dalam darah terhitung rendah, terutama bagi seseorang yang menderita penyakit pneumonia dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
  4. Pemberian infus selama 1-2 hari untuk mencegah dehidrasi dan menjaga fungsi ginjal. Kondisi ginjal akan terus dipantau dengan rutin memeriksa volume urin.

Setelah terbukti menderita sepsis, pengobatan pasien akan dimulai secepatnya dengan melihat penyebab infeksi, organ yang terinfeksi, dan tingkat kerusakan yang terjadi. Pengobatan yang dilakukan secara cepat dan tepat dapat menurunkan risiko kerusakan pada organ-organ tubuh hingga mengurangi risiko kematian. Segera periksa ke dokter apabila mengalami gejala infeksi seperti demam yang berlangsung lebih dari 3 hari.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.