Skip to main content

Mengenal manfaat dan bahaya metode Lotus Birth

Di zaman modern saat ini, para ilmuan terus menerus menggali ilmu pengetahuan dari berbagai aspek kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan. Segala teknik dan teori dalam dunia kesehatan semakin berkembang, contohnya teknik melahirkan bayi dengan metode Water Birth dan Hypnobirthing. Tidak hanya itu, para ibu modern saat ini juga dapat menerapkan metode kelahiran yang disebut Lotus Birth.


Lotus Birth adalah proses melahirkan bayi tanpa memotong tali pusat yang terhubung dengan plasenta. Tali pusat yang masih terhubung dengan plasenta akan dibiarkan mengering dan terlepas sendiri secara alami dalam waktu kurang lebih 3-10 hari.


Lotus Birth sebenarnya bukan merupakan fenomena baru, dalam budaya masyarakat Bali dan suku Aborigin, penundaan pemotongan plasenta sudah diterapkan sejak lama untuk mencegah terjadinya infeksi akibat luka terbuka bekas pemotongan tali pusat. Merawat bayi yang masih terhubung dengan tali pusat dan plasenta memang merepotkan, sehingga metode ini perlahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat.


Metode Lotus Birth mulai kembali dikenal oleh dunia setelah dilakukan penelitian oleh para ahli kesehatan di University of South Florida pada tahun 2010. Seorang ahli Primatolog bernama Jane Goodall, melakukan studi jangka panjang terhadap hewan Simpanse. Simpanse merupakan mamalia yang memiliki 99% kesamaan genetik menyerupai manusia. Penelitian tersebut dipraktikkan dengan membiarkan plasenta tetap menyambung pada bayi simpanse. Percobaan pada hewan simpanse dijadikan sebagai latihan alami untuk menerapkannya pada manusia. 


Metode Lotus Birth memang masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Beberapa ahli berpendapat bahwa plasenta hanya dibutuhkan ketika bayi masih di dalam rahim. Setelah bayi dilahirkan, jaringan plasenta sudah dianggap mati dan tidak memiliki fungsi lagi untuk bayi.


Para ahli lainnya berpendapat bahwa metode Lotus Birth memiliki manfaat yang baik untuk bayi, antara lain sebagai berikut :
  • Pemasok oksigen : ketika bayi dilahirkan, plasenta dapat menjadi penolong karena tali pusat masih berdenyut mengirimkan oksigen dan nutrisi kepada bayi. Metode Lotus Birth dapat membantu bayi menyesuaikan diri dalam masa transisi hidup di luar rahim.
  • Mencegah anemia pada bayi : dalam jurnal kesehatan British Medical, dijelaskan bahwa menunda pemotongan tali pusat bayi selama 3 menit dapat mencegah terjadinya anemia karena meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh bayi. Tindakan ini sangat baik dilakukan pada bayi yang lahir prematur.
  • Menjaga suplay darah : setelah bayi dilahirkan, plasenta masih bisa mengalirkan darah sebanyak 40-60 ml ke dalam tubuh bayi. Apabila tali pusat dipotong, secara mendadak suplay darah akan terhenti sehingga dapat menyebabkan bayi mengalami anemia. Dengan menunda pemotongan tali pusat, maka bayi dapat menerima suplay darah tambahan dari plasenta.
  • Meningkatkan kekebalan tubuh bayi : Tali pusat yang tidak langsung dipotong ketika bayi lahir, masih dapat menyuplay darah ke dalam tubuh bayi. Hal tersebut bermanfaat untuk memulihkan volume darah, menambah jumlah sel darah merah, sel induk dan sel kekebalan tubuh, sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit.
  • Membuat bayi menjadi lebih tenang : menurut penelitian para ahli disimpulkan bahwa, bayi yang lahir dengan metode Lotus Birth memiliki perbedaan prilaku dengan bayi yang dipotong tali pusatnya. Metode Lotus Birth membuat bayi menjadi lebih tenang. Bayi dapat tidur dengan nyenyak dan mampu menghisap ASI dengan baik. Respon bayi yang tenang dikarenakan tidak ada luka yang mengganggu kenyamanan bayi.
  • Mempercepat tangis bayi setelah dilahirkan : tali pusat yang tidak dipotong dapat merangsang bayi menjadi cepat menangis, kondisi tersebut berfungsi mempercepat aliran oksigen ke otak bayi.

Kelemahan metode Lotus Birth, yaitu repotnya mengurus bayi dan plasentanya yang masih terhubung. Keberadaan plasenta yang masih tehubung dengan bayi akan menyulitkan dalam memandikan dan menggendong bayi. Plasenta biasanya ditempatkan dalam wadah khusus sehingga jika bayi digendong, maka wadah yang berisi plasenta juga harus dibawa. Dengan alasan merepotkan inilah, sehingga metode Lotus Birth sangat jarang diterapkan di Indonesia.



Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan metode Lotus Birth, seperti risiko yang mungkin terjadi, diantaranya sebagai berikut :
Menimbulkan bau.
Jika ingin menerapkan metode Lotus Birth, artinya harus siap mencium bau busuk di sekitar bayi. Plasenta yang mengering akan mengeluarkan bau busuk yang mengganggu penciuman di sekeliling bayi.

Terjadi infeksi.
Plasenta yang masih terhubung dengan bayi memiliki risiko lebih besar terjadi infeksi. Jaringan plasenta yang sudah mati akan membusuk dan darah di dalam plasenta rentan tercemar bakteri sehingga berbahaya bagi bayi.

Terjadi pendarahan.
Plasenta yang masih terhubung dengan bayi harus ikut dibawa kemanapun bersama dengan bayi. Pada kondisi seperti ini, tali pusat tanpa sengaja bisa tertarik sehingga berisiko terjadi pendarahan. Menerapkan metode Lotus Birth harus penuh kehati-hatian dalam merawat bayi, untuk meminimalisir risiko yang dapat membahayakan nyawa bayi.

Penyakit kuning.
Bayi yang lahir dengan metode Lotus Birth memiliki peningkatan kadar bilirubin sehingga berisiko mengalami penyakit kuning. Hal ini disebabkan karena bayi mendapat ekstra pasokan darah dari plasenta. Bayi yang mengalami ikteri (kulit bayi berwarna kuning) membutuhkan proses penyembuhannya dalam waktu yang lebih lama.


Setelah mengetahui manfaat dan bahaya metode Lotus Birth, para orangtua di era modern seperti sekarang ini bebas memilih tindakan alami atau mengikuti prosedur medis. Jika ingin mendapatkan pengalaman baru merawat bayi dengan metode Lotus Birth, perlu pertimbangan dan persiapan yang matang agar risiko buruk tidak terjadi.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.