Di media sosial saat ini sedang viral video Bachtiar Nasir yang mengajak umat muslim Indonesia untuk meminum urine unta yang dicampur dengan susu unta. Dalam video tersebut dikatakan bahwa, urine unta dapat membunuh sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh, sesuai dengan hadist dan hasil riset yang dilakukan oleh Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid. Benarkah demikian?
Kisah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik.
“Beberapa orang dari ‘Ukl atau ‘Urainah datang ke Madinah, namun mereka tidak tahan dengan iklim Madinah hingga mereka pun sakit. Beliau lalu memerintahkan mereka untuk mendatangi unta dan meminum air kencing dan susunya. Maka mereka pun berangkat menuju kandang unta (zakat), ketika telah sembuh, mereka membunuh pengembala unta, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan membawa unta-untanya. Kemudian berita itu pun sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelang siang. Maka beliau mengutus rombongan untuk mengikuti jejak mereka, ketika matahari telah tinggi, utusan beliau datang dengan membawa mereka. Beliau lalu memerintahkan agar mereka dihukum, maka tangan dan kaki mereka dipotong, mata mereka dicongkel, lalu mereka dibuang ke pada pasir yang panas. Mereka minta minum namun tidak diberi" (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadist tersebut, muncul keyakinan bahwa urine unta bermanfaat untuk kesehatan karena Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan untuk minum urine dan susu unta.
Pada bulan Mei tahun 2013, WHO (World Health Organization) pernah menghimbau kepada seluruh masyarakat dunia untuk tidak lagi meminum urin unta. Menurut penelitian medis, urine unta meskipun sudah dicampur dengan susu unta tetap berisiko menularkan penyakit Middle East Respiration Syndrome Coronavirus (Mers-Cov) atau yang biasa disebut penyakit flu unta.
Penyakit Corona Middle East Respiratory Syndrome (Mers) adalah salah satu jenis penyakit yang menyerang organ pernafasan. Penularan virus Mers-Cov dapat terjadi akibat kontak dengan hewan unta. Risiko terparah dari infeksi virus Mers-Cov, yaitu kematian.
Mers-Cov (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) merupakan virus jenis baru dari kelompok Corona Virus (Novel Corona Virus). Virus Mers-Cov berbeda dengan corona virus lain yang telah ditemukan sebelumnya, virus ini mirip dengan corona virus yang terdapat pada hewan kelelawar.
Penyakit Mers-Cov sulit terdeteksi karena gejalanya sangat mirip dengan penyakit flu pada umumnya.
Gejala infeksi Mers-Cov, sebagai berikut :
- Demam.
- Batuk.
- Sesak nafas.
- Radang paru-paru.
- Diare.
- Mual.
- Muntah.
- Nyeri otot.
Infeksi Mers-Cov yang tegolong parah dapat menyebabkan komplikasi, seperti :
- Kegagalan fungsi organ ginjal.
- Shock sepsis, yaitu kondisi menurunnya tekanan darah hingga batas membahayakan akibat infeksi mikroorganisme.
Faktor risiko penularan Mers-Cov, antara lain :
- Orang yang berusia lanjut.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Menyidap penyakit diabetes.
- Mengkonsumsi daging unta.
- Mengkonsumsi susu unta yang tidak dimasak.
- Kontak langsung dengan penderita Mers-Cov.
- Penggembala unta.
Untuk mengetahui adanya infeksi Mers-Cov, dokter harus mendapatkan hasil tes uji laboratorium dari pasien. Dua jenis uji laboratorium untuk mendiagnosa Mers-Cov, yaitu :
- Uji molekuler : metode untuk menguji infeksi Mers-Cov aktif.
- Uji serologi : mentode mendeteksi antibodi terhadap Mers-Cov.
Pencegahan penularan penyakit Mers-Cov dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Rajin mencuci tangan dengan air dan sabun.
- Cuci tangan hingga benar-benar bersih kurang lebih 20 menit agar virus mati terkena sabun.
- Membersihkan benda yang disentuh oleh banyak orang.
- Mensterilkan wadah makan atau minum.
- Gunakan masker wajah untuk menutup hidung dan mulut.
- Tidak beraktivitas di kandang unta dalam waktu lama.
- Hindari memakan peralatan bekas penderita Mers-Cov.
- Jangan menyentuh area wajah sebelum mencuci tangan.
- Menghindari kontak fisik dengan seseorang penderita Mers-Cov.
Hingga saat ini pengobatan penyakit Mers-Cov hanya difokuskan untuk mengobati gejala-gejala yang timbul. Vaksin Mers-Cov belum ditemukan sehingga risiko penularannya sulit untuk dicegah.
Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam mengikuti anjuran minum urine unta. Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menyatakan urine unta dapat menjadi obat suatu penyakit. Pahamilah bahwa urine merupakan cairan pembuangan yang sudah pasti terdapat banyak bakteri di dalamnya. Seiring berkembangnya zaman segala macam virus penyakit juga makin berkembang. Sebaiknya ikuti pengobatan yang sudah terbukti secara ilmiah sehingga tidak berisiko terjangkit penyakit lain yang dapat mengancam kesehatan.
Comments
Post a Comment