Berdasarkan catatan laporan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kejadian Luar Biasa Difteri di Indonesia saat ini merupakan yang terbesar di dunia. Hal itu berkaitan dengan populasi penduduk di Indonesia lebih banyak jika dibandingkan dengan negara yang pernah mengalami KLB Difteri sebelumnya. Difteri adalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Wabah difteri yang terjadi di Indonesia telah meluas hingga 28 provinsi dan memakan puluhan korban jiwa.
Beberapa hari ke depan akan tiba malam pergantian tahun yang biasanya dirayakan dengan pesta kembang api dan terompet. Dihimbau untuk seluruh masyarakat agar berhati-hati membeli dan menggunakan terompet tiup. Mengingat infeksi Difteri dapat menular melalui cairan saluran nafas (droplet). Pahami kembali penyakit Difteri dan risiko penularannya.
Infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae akan menyerang selaput lendir yang terdapat pada hidung, tenggorokan dan juga berpengaruh pada kulit.
Gejala penyakit Difteri mulai muncul 2 hari - 7 hari setelah bakteri Corynebacterium diphtheriae menginfeksi tubuh.
Gejala yang muncul setelah tubuh terinfeksi Difteri, antara lain sebagai berikut :
- Demam tinggi hingga 38 derajat
- Meriang.
- Sesak nafas.
- Leher membengkak.
- Kulit berwarna kebiruan.
- Sakit tenggorokan.
- Sakit saat menelan makanan.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Terbentuk membran berwarna abu-abu di sekitar amandel.
- Muncul selaput putih dan mudah berdarah pada tenggorokan.
Risiko penularan Difteri :
- Menggunakan barang yang terkontaminasi bakteri penyebab Difteri.
- Bersentuhan langsung dengan bisul penderita Difteri kulit.
- Menghirup udara saat penderita batuk ataupun bersin.
- Percikan air liur.
Pengobatan Difteri.
Tujuan pengobatan Difteri adalah membunuh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menginfeksi tubuh dengan cara sebagai berikut :
- Pemberian antibiotik Metronidazole.
- Pemberian antibiotik Erythromycin (diminum atau disuntik) selama 14 hari dengan dosis 40mg/kg per hari.
Pencegahan Difteri.
Usaha pencegahan Difteri hanya dapat dilakukan dengan imunisasi. Pencegahan Difteri tergabung dalam vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis).
Pemberian vaksin dilakukan sebanyak 5 kali :
- Saat usia 2 bulan.
- Saat usia 3 bulan.
- Saat usia 4 bulan.
- Saat usia 18 bulan.
- Saat usia 5 tahun.
Selanjutnya dapat diberikan booster vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia :
- Usia 10 tahun.
- Usia 18 tahun.
Vaksin Td dapat diulang secara rutin setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Anak usia dibawah 7 tahun yang belum melakukan imunisasi DTP ataupun belum lengkap mendapatkan imunisasi DTP, dapat diberikan imunisasi kejaran sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh dokter.
Bagi anak yang sudah berusia 7 tahun namun belum lengkap mendapatkan imunisasi DTP, dapat diberikan vaksin sejenis, yaitu vaksin Tdap.
Penyakit Difteri dengan bakteri yang ganas dan sangat mematikan, perlu dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI). ORI adalah upaya pemberian imunisasi tambahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh komunitas masyarakat dari penyakit menular. Untuk memenuhi syarat kekebalan komunitas, pelaksanaan imunisasi ditargetkan 100% lengkap.
Segala hal yang berkaitan dengan air liur dan sejenisnya menjadi awal penyebab menularnya penyakit Difteri. Dalam menyambut pesta tahun baru 2018, penggunaan terompet tiup sangat berisiko menularkan Difteri melalui percikan air liur. Sebaiknya gunakan terompet gas yang tidak perlu di tiup untuk membunyikannya. Selama wabah Difteri belum berakhir, sebaiknya hindari sekecil apapun bentuk risiko penularan. Lindungi keluarga kita dari ancaman Difteri.
Wahhh... Jadi mesti pake terompet yang steril kali ya bu dokter...
ReplyDeleteSafety firsttt...
Pakai terompet telolet aja kak nur 😀 eh ini bener email kak nur kan ya hahaa
DeleteOOT... Btw yg komen diatas 👆 itu nama aslinya Nur Hasan apa Nur Hasanah sih... 😁
DeleteGak tau tuh gak jelas kang iwe, penyamaran mulu yang diatas ☝😀
DeleteWaduhhh... ngeri juga bahayanya jika terjangkit yak... Gak mau beli terompet dah...
ReplyDeleteBTW Kalo sudah umur 25 tahun lebih bisa ikut imunisasi kejaran gak nih dok... 😁
Bisa kang iwe, imunisasi Td/Tdap untuk usia dewasa. Versinya sama dengan DTP. Emang kang iwe blm lengkap di imunisasi?😀
Deletememang bahaya difteri ini sepertinya tidak main-main, sudah banyak korban yang bertumbangan.
ReplyDeleteYg perlu diingat, Difteri dapat menyerang semua usia, termasuk orang dewasa. Difteri tidak hanya menyerang anak-anak.
Delete