Skip to main content

GTM (Gerakan Tutup Mulut) pada anak dan cara mengatasinya

Apa yang ibu rasakan jika anak tiba-tiba sulit sekali untuk makan? Pasti sedih dan bingung mencari segala cara supaya anak kembali memiliki nafsu makan. Ketika bayi sudah masuk masa MPASI, ibu harus pintar-pintar membuat menu makanan agar si kecil mendapatkan asupan nutrisi yang lengkap. Meskipun sudah menciptakan berbagai menu yang bergizi, terkadang anak menolak untuk makan. Ada fase dimana bayi atau balita kehilangan nafsu makan yang biasa disebut GTM (Gerakan Tutup Mulut).


Pada fase GTM, anak akan menutup rapat mulutnya atau terkadang menyemburkan makanan yang masuk ke dalam mulut. Jika ini terjadi dalam waktu lama, berat badan anak akan menurun. Asupan nutrisi ke dalam tubuh juga akan berkurang dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.


Faktor penyebab GTM pada si kecil :
  • Bosan dengan menu yang sama.
  • Badan sedang tidak sehat.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Trauma pada makanan tertentu.
  • Proses makan yang tidak menyenangkan.


Menurut penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),  penyebab utama Gerakan Tutup Mulut pada anak adalah inappropiate feeding practice. Inappropiate Feeding Practice adalah perilaku makan yang tidak benar atau memberikan makanan tidak sesuai usia. Biasanya Inappropiate Feeding Practice terjadi sejak masa awal MPASI. Tidak semua ibu rajin mengkreasikan menu makan untuk anak. Ada juga ibu yang sibuk bekerja atau memang ibu yang malas hanya mencari cara mudah memberikan menu makan seadanya pada anak. Misalnya, hanya memberi bubur instan, biskuit atau mengijinkan anak mengkonsumsi junkfood dan frozen food.


Perilaku makan yang benar, sebagai berikut :
  • Makan tepat waktu.
  • Jumlah makanan tepat sesuai kebutuhan kalori.
  • Kualitas makanan harus dalam keadaan baik.
  • Kebersihan dalam proses memasak.
  • Penyajian makanan yang sesuai dengan selera anak.
  • Gizi yang cukup sesuai kebutuhan perkembangan anak. 
  • Tekstur makanan padat atau cair disesuaikan dengan usia anak.


Untuk mencegah bayi atau balita mengalami GTM (Gerakan Tutup Mulut), ibu harus melatih aturan perilaku makan yang benar.


Aturan makan yang harus di lakukan :
Makan tepat waktu.
Tentukan waktu makan utama dan waktu makan selingan (snack). Biasakan memberi makan anak tepat waktu :
  • Pagi, siang dan malam untuk makan utama (3 kali sehari).
  • Memberi makanan selingan (snack) sebanyak 2 kali sehari. Setelah anak bangun tidur siang dan setelah mandi sore.
  • Berikan susu formula/ASI sebanyak 2 kali - 3 kali sehari (500-600 ml/hari).

Batasi waktu makan.
Batasi waktu makan anak hanya selama 30 menit. Hal ini dapat melatih disiplin anak sejak dini. Sehingga anak tidak terbiasa makan dengan menyimpan makanan di dalam mulut.

Ciptakan proses makan yang menyenangkan.
Yang terpenting latih anak agar terbiasa makan di meja makan. Berikan alat-alat makan yang lucu agar anak makin bersemangat untuk makan. 

Ajarkan anak makan sendiri.
Perintahkan anak untuk makan sendiri. Jika anak menolak makan dengan menutup rapat mulut, memalingkan kepala atau menangis, tawarkan kembali makanan tanpa memaksa. Apabila setelah 10 menit -15 menit anak tetap tidak mau makan akhiri proses makan. Latih anak untuk mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri tanpa dipaksa.


Aturan makan yang harus dihindari :
  • Jangan memaksa anak untuk makan, apalagi dengan memarahi atau membentak anak.
  • Jangan membiasakan anak makan sambil bermain, menonton televisi, berjalan-jalan atau naik sepeda. Biasakan anak untuk duduk dengan rapi di meja makan ketika makan.
  • Jangan memberi minuman lain selain air putih ketika sedang makan.


Jangan khawatir, anak tidak mungkin GTM selamanya. Variasikan berbagai menu makanan untuk menghindari rasa bosan anak terhadap satu jenis makanan. Berikan sensasi aroma rempah-rempah ke dalam makanan untuk merangsang nafsu makan anak. Jika GTM berlangsung lebih dari seminggu, konsultasikan ke dokter spesialis anak atau ahli gizi yang berkompeten di bidangnya. Ibu juga harus rajin menambah pengetahuan dengan membaca bermacam-macam buku tentang MPASI. Jadikan moment makan anak sebagai proses yang menyenangkan, hindari rasa malas dan putus asa dalam melatih anak untuk makan dengan cara yang benar.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.