Skip to main content

Sunat pada wanita (klitoridektomi)

Salah satu masalah yang sering diperdebatkan dan masih menjadi kontroversi, terutama bagi orangtua yang memiliki anak perempuan, yaitu sunat pada anak perempuan. Perlukah dilakukan dan apakah diperbolehkan oleh medis?

image source : medicinells


Khitan pada wanita tidak hanya terjadi di Indonesia. Praktik sunat ini bisa ditemukan di berbagai negara belahan dunia lain. Seperti benua Afrika, hingga kini masih tercatat memiliki angka tertinggi praktik sunat pada wanita. Negara di Timur Tengah, Asia, Eropa dan Amerika Serikat juga mempraktikan sunat wanita. Namun ternyata hal ini mengundang kontroversi. Banyak aktivis yang menyatakan bahwa ini kejahatan yang berbentuk mutilasi pada perempuan.


Terkait survei yang pernah dilakukan WHO tahun 2000, banyak wanita berusia 15 tahun - 47 tahun menjalani praktik sunat ini, hingga sampai saat ini masih dilakukan kampanye untuk menolak praktik sunat wanita dengan alasan melanggar Hak Asasi Manusia. Adakah manfaat wanita melakukan sunat?


Di Indonesia, sunat pada wanita dilakukan sebagai tradisi sebelum akil baligh. Secara medis sunat pada wanita tidak ada manfaatnya. Sunat pada wanita dilakukan untuk memotong bagian klitoris, hal ini dianggap sebagai mutilasi. 


Menurut Komnas Perempuan, telah dinyatakan bahwa sunat wanita merupakan bentuk pelanggaran hak asasi. Kementerian Kesehatan pada tahun 2006 juga telah melakukan larangan praktik sunat wanita karena tidak memiliki manfaat bagi kesehatan.



Klitoris adalah anatomi vagina yang dianalogikan bentuknya seperti kacang dan dilindungi selaput tipis.
Sunat pada wanita dilakukan dengan menghilangkan semua bagian klitoris, hal inilah yang dianggap mutilasi dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Praktik ini disebut Klitoridektomi yaitu pengangkatan sebagian atau seluruh bagian klitoris. Efek sampingnya menyebabkan wanita kehilangan sensasi seksualnya. Sunat pada wanita yang benar menurut medis adalah hanya melukai sedikit saja bagian klitoris, bukan dengan memotongnya. Tindakan ini harus dilakukan oleh tenaga medis karena risiko infeksi sangat tinggi.


Dampak buruk pada sunat wanita apabila gagal adalah tidak adanya sensasi seksual bagi wanita tersebut seumur hidupnya dan ini dianggap sebagai pelanggaran hak asasi. Sunat pada wanita tidak memiliki manfaat seperti sunat pada pria. Ini jawaban dari sisi medis bahwa sunat pada wanita sebenarnya tidak ada manfaatnya. Berbeda jika dilihat dari sisi agama atau adat istiadat yang mengharuskan hal tersebut dilakukan. Keputusan kembali lagi kepada anda, yang harus diingat adalah melakukannya harus ditangan tenaga medis profesional untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...