Skip to main content

Perhatian ! Kejadian Luar Biasa Difteri di Indonesia tahun 2017

Warna merah pada gambar merupakan kondisi terkini November 2017 mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Indonesia. Rendahnya imunisasi DPT di berbagai daerah sangat mempengaruhi kejadian ini. Di Indonesia banyak sekali kelompok antivaksin yang menghasut oranglain untuk tidak melakukan vaksinasi. Jika sudah begini, siapa yang bertanggungjawab? Bahkan telah tercatat beberapa kasus kematian di berbagai daerah akibat Difteri selama tahun 2017. 

image source : kemkes.go.id


Ada beberapa daerah yang angka imunisasinya sangat rendah hanya 30%. Selain faktor kesadaran individu untuk melakukan imunisasi dasar wajib, faktor letak geografis juga menjadi masalah dalam memberikan imunisasi ke pelosok daerah.


Difteri adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan manusia. Infeksi ini disebabkan oleh Bakteri Corynebacterium Diphteriae. 

Infeksi Difteri biasanya menyerang :
  • Tonsil.
  • Faring.
  • Laring.
  • Selaput lendir hidung.
  • Tenggorokan.
  • Jaringan kulit di bagian pusar dan bibir.

Membutuhkan waktu dua sampai lima hari dari bakteri masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala. Gejala penyakit Difteri antara lain :
  • Suara serak.
  • Terbentuk membran/selaput abu-abu di tenggorokan.
  • Tonsil membengkak.
  • Sakit tenggorokan.
  • Demam.
  • Menggigil.
  • Sesak nafas.
  • Pembengkakan kelenjar limfa di leher.
  • Keluar cairan dari hidung.

Difteri merupakan penyakit menular serius yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Penyakit Difteri menyerang anak usia dibawah 15 tahun yang tidak ada riwayat imunisasi DPT. Bakteri Corynebacterium Diphteriae melepaskan racun dan menyebar melalui darah kemudian merusak sistem saraf, pernafasan, jantung, bahkan menyebabkan gagal ginjal. Dalam kondisi akut, semua organ yang terkena racun Difteri tidak bisa berfungsi normal dan akibat paling fatal adalah kematian.


Difteri menular melalui udara ketika seorang penderita bersin atau batuk. Penularan cara lain bisa terjadi ketika kontak kulit dengan orang yang menderita Difteri kulit. Jika seseorang diduga tertular Difteri, dokter akan segera melakukan penanganan medis bahkan sebelum ada hasil dari laboratorium. Dokter juga akan menganjurkan perawatan di ruang isolasi rumah sakit.


Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit Difteri adalah dengan pemberian vaksin. Pencegahan penyakit Difteri tergabung dalam vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus). Imunisasi DPT merupakan salah satu dari 5 imunisasi wajib bagi anak-anak Indonesia.


Pemberian vaksin DPT dilakukan 5 kali saat anak berusia :
  1. Usia 2 bulan.
  2. Usia 4 bulan.
  3. Usia 6 bulan.
  4. Antara usia 15 bulan - 18 bulan.
  5. Usia 5 tahun.

Vaksinasi merupakan upaya pencegahan suatu penyakit, meskipun penyakitnya belum tentu terjadi. Upaya pencegahannya sudah jelas ada, aman, efektif dan digunakan di seluruh dunia. Namun sangat disayangkan, di Indonesia masih banyak orang yang menolak vaksinasi. Alasan utama penolakan imunisasi adalah faktor religius. Coba tengok sedikit tentang kaidah fiqih dalam memahami hukum imunisasi, agar paham duduk perkaranya.


Target vaksinasi adalah kekebalan kelompok (herd immunity). Jika satu orang anak saja tidak divaksin, maka berakibat tidak terciptanya kekebalan kelompok.


Tuhan telah menganugerahkan manusia untuk dapat berpikir dan menggali ilmu pengetahuan. Sampai berhasil menemukan vaksin, salah satunya vaksin DPT untuk mencegah terjangkitnya penyakit Difteri, Pertusis (batuk kejang) dan Tetanus. Apapun alasannya, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.