Skip to main content

Bahaya bermain slime dapat mengancam kesehatan anak

Mainan slime yang sedang digemari oleh anak-anak ternyata menyimpan bahaya untuk kesehatan. Slime merupakan mainan bertekstur lembut dan kenyal dengan bermacam-macam warna. Tutorial membuat slime dapat dengan mudah diikuti melalui youtube ataupun sosial media lainnya. Slime dimainkan dengan cara ditarik ulur menggunakan tangan untuk merasakan sensasi kekenyalannya. Menurut pakar psikologi, bermain slime berguna untuk melatih saraf motorik halus dan sebagai stress relief bagi anak. Namun dari sisi kesehatan tubuh secara umum, slime merupakan media yang dapat menjadi sumber penyakit.

image source : slimeday


Bahan baku pembuatan slime terdiri dari sabun, lem, terigu dan zat pewarna. Bahan kimia seperti Polysaccharide Guar Gum, Sodium Tetraborate dan Polyvinyl Acetate yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Zat-zat kimia tidak hanya dapat menyebabkan iritasi kulit, namun juga dapat terhirup melalui saluran pernafasan. Anak-anak yang bermain slime tentunya tidak paham betul tentang bahayanya. Tanpa sadar mereka mencium bahkan lupa mencuci tangan setelah memainkannya.


Dampak buruk yang timbul akibat paparan zat kimia yang terdapat pada slime antara lain :
  • Iritasi kulit seperti terbakar.
  • Menurunkan tekanan darah.
  • Gangguan pada organ dalam.
  • Merusak jaringan tubuh.

Selain bahaya zat kimia yang terkandung dalam slime, bermain slime juga berisiko terkena infeksi bakteri. Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui tangan setelah memegang slime. Slime yang dimainkan berulang-ulang bisa menjadi sumber penyakit.


Bakteri-bakteri berbahaya yang dapat berkembang biak di dalam slime antara lain :

BAKTERI PSEUDOMONAS.
Bakteri pseudomonas berkembang biak pada media yang lembab. Slime yang memiliki tekstur kenyal dan lembab menjadi media baik untuk berkembang biaknya bakteri pseudomonas. Masuknya bakteri pseudomonas ke dalam tubuh dapat mengakibatkan :

  • Infeksi dalam darah.
Bakteri pseudomonas yang masuk ke dalam tubuh dapat menginfeksi darah hingga menimbulkan demam dan kelainan pada sel darah. Melalui aliran darah, bakteri pseudomonas juga dapat menginfeksi jaringan lunak seperti otot tendon, ligamen dan lemak.

  • Infeksi jaringan kulit.
Bakteri pseudomonas yang masuk ke dalam aliran darah juga menyebabkan infeksi jaringan kulit. Jaringan kulit yang terinfeksi bakteri pseudomonas dapat menyebabkan ruam dengan luka koreng di tengahnya dan terjadi pembengkakan berwarna merah keunguan. Ruam ini biasanya timbul di ketiak atau lipatan paha.

  • Infeksi tulang.
Bakteri pseudomonas juga dapat menginfeksi tulang dan sendi terutama pada tulang belakang dan sendi antara tulang sternum dengan klavikula. Infeksi bakteri pseudomonas pada tulang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa hingga menyebabkan tubuh sulit digerakkan.

  • Infeksi mata.
Slime yang terkena mata atau tangan yang digunakan untuk mengucak mata setelah memegang slime dapat menularkan bakteri pseudomonas. Bakteri pseudomonas yang masuk melalui mata dapat menginfeksi lensa mata sehingga menyebabkan mata merah, perih dan gatal. Bahkan dapat menimbulkan luka koreng pada mata.

  • Infeksi telinga.
Bakteri pseudomonas dapat masuk ke dalam telinga dan menginfeksi bagian telinga. Infeksi bakteri pseudomonas dapat menyebabkan peradangan telinga disertai dengan nyeri hebat. Infeksi telinga akibat bakteri tersebut dapat merusak gendang telinga sehingga mengurangi kemampuan mendengar.

  • Infeksi saluran kemih.
Bakteri pseudomonas yang masuk melalui aliran darah juga dapat menginfeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih akibat bakteri pseudomonas menyebabkan nyeri saat buang air kecil dan menyebabkan anyang-anyangan.

  • Infeksi katup jantung.
Lewat aliran darah bakteri pseudomonas juga dapat menginfeksi katup jantung. Namun kasus infeksi katup jantung akibat bakteri pseudomonas sangat jarang terjadi.

  • Infeksi paru-paru.
Bakteri pseudomonas juga dapat menginfeksi paru-paru hingga menyebabkan peradangan berat (pneumonia). Paru-paru akan mengalami pembengkakan dan dipenuhi oleh cairan, sehingga mengalami kesulitan bernafas.


BAKTERI STREPTOCOCCUS.
Bakteri streptococus dapat menyebabkan infeksi ringan hingga berat. Infeksi bakteri ini sangat mudah terjadi pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. Bakteri streptococus dapat menginfeksi organ tubuh diantaranya adalah :

  • Tenggorokan : Infeksi bakteri streptococcus pada tenggorokan menimbulkan rasa sakit ketika menelan makanan, disertai dengan rasa gatal tenggoroksn dan deman.
  • Kulit : Infeksi bakteri streptococcus pada kulit menimbulkan ruam kemerahan disertai gatal dan bernanah.
  • Rongga sinus : Infeksi bakteri streptococcus pada rongga sinus menyebabkan pilek yang tidak kunjung sembuh, sakit kepala disertai rasa nyeri pada area wajah.
  • Paru-paru : Infeksi bakteri streptococcus pada paru-paru menyebabkan radang paru sehingga menimbulkan batuk dan sesak nafas. Pada kondisi tertentu juga menimbulkan nyeri dada dan demam.
  • Selaput otak : infeksi parah akibat bakteri streptococcus menyebabkan radang selaput otak dengan gejala sakit kepala secara terus menerus, demam, muntah, bahkan kehilangan kesadaran dan berisiko kematian.

BAKTERI SHIGELLA DYSENTRIAE.
Bakteri shigella dysentriae menyebabkan infeksi usus besar yang mengakibatkan terjadinya disenteri berat. Disentri berat ditandai dengan demam dan mual, feses berupa cairan disertai darah. Pengobatannya membutuhkan antibiotik dari dokter


BAKTERI HEAMOPHILUS.
Bakteri heamophilus dapat hidup di dalam selaput mukosa dan saluran nafas. Bakteri ini menyebabkan berapa penyakit seperti :
  • Sinusitis : Peradangan pada rongga sinus.
  • Artitis infeksiosa : Infeksi cairan rongga sendi.
  • Meningitis : Peradangan selaput pembungkus otak.


Banyak dampak negatif akibat dari bermain slime. Slime tidak hanya mengandung zat kimia berbahaya tetapi juga menjadi sarang kuman dan bakteri. Pengawasan orangtua menjadi hal yang penting untuk menghindari anak dari risiko bahaya bermain slime. Slime yang sudah dimainkan secara berulang-ulang sebaiknya langsung dibuang agar terhindar dari semakin banyak bakteri yang berkembang biak di dalamnya. Ingatkan anak untuk mencuci tangan yang bersih dengan sabun antiseptik setelah bermain slime. Untuk lebih amannya, sebaiknya larang anak-anak untuk bermain slime. Alihkan ke permainan lain yang juga berguna untuk melatih saraf motorik halus, tentunya dengan cara yang lebih aman dan sehat.

Comments

  1. Maaf, kalau boleh tahu, slime itu apa sejenis dengan play doh ya?

    ReplyDelete
  2. Play doh itu seperti lilin. Kalau slime teksturnya lembab dan lengket. Pada dasarnya keduanya merupakan media yang dapat menjadi sarang bakteri dan kuman penyakit. Itu bisa menjadi penyebab masuknya bibit penyakit melalu tangan yang habis memegang benda tersebut.

    ReplyDelete
  3. Play doh itu seperti lilin. Kalau slime teksturnya lembab dan lengket. Pada dasarnya keduanya merupakan media yang dapat menjadi sarang bakteri dan kuman penyakit. Itu bisa menjadi penyebab masuknya bibit penyakit melalu tangan yang habis memegang benda tersebut.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri

Kista Bartholin (benjolan di bibir vagina), penyebab dan gejalanya

Pernahkah anda mendengar istilah kista Bartholin? Kista Bartholin merupakan benjolan yang tumbuh pada lipatan bibir vagina akibat penyumbatan saluran kelenjar Bartholin. Kelenjar Bartholin terletak di seluruh sisi dinding vagina yang berfungsi mengeluarkan cairan untuk membantu melumaskan vagina saat berhubungan seksual. Tumbuhnya kista Bartholin umumnya terjadi pada wanita di masa usia subur atau menjelang menopause. Faktor penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin : Iritasi jangka panjang pada vagina. Peradangan akibat infeksi bakteri Escherichia coli. Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae . Infeksi penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis . Dalam kasus yang terjadi, kista Bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, kista dapat terinfeksi bakteri sehingga terbentuk nanah menjadi abses Bartholin. Proses terbentuknya kista Bartholin : Kelenjar Bartholin memiliki saluran untuk menge

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.