Skip to main content

Tembakau gorila dan dampak buruknya untuk kesehatan

Beberapa waktu belakangan ini muncul jenis narkotika baru yaitu tembakau Gorila yang sangat dikhawatirkan penyebarannya. Sekilas memang sulit dibedakan dengan tembakau rokok pada umumnya. Tembakau Cap Gorila ini mengandung campuran zat terlarang yang disebut synthetic cannabinoids (ekstasi herbal). Disebut ekstasi herbal karena zat ini memiliki kandungan seperti tanaman ganja, tapi diproses di laboratorium dengan racikan kimia.

image source: detikhealth


Tembakau Gorila ini digunakan dengan cara dibakar sama seperti merokok. Setelah menghisap tembakau ini efeknya langsung menyebar ke paru-paru, otak dan organ tubuh lainnya. Puncaknya si penghisap akan terdiam tidak dapat menggerakan tubuhnya seperti tertimpa gorila. Tembakau ini memberikan efek ketergantungan dan halusinasi.


Lebih parahnya apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus, tembakau gorila ini dapat mengakibatkan :
  • Tekanan darah tinggi.
  • Serangan stroke iskemik (stroke karena kekurangan oksigen ke otak).
  • Nyeri dada.
  • Gagal ginjal.
  • Terhentinya aliran darah dari arteri koroner.
  • Matinya sel-sel jantung.


Dampak buruk dalam jangka panjang adalah penyakit tremor. Tremor adalah gangguan syaraf yang menyebabkan gerak tubuh jadi tidak terkendali (gemetar). Gemetar terjadi secara terus menerus pada tangan, kaki, kepala, atau lidah. Rusaknya sistem syaraf ini tidak dapat disembuhkan dalam waktu singkat. 

Pengobatan tremor disesuaikan dengan tingkat kerusakan syarafnya antara lain :
  • Terapi fisik.
  • Suntik botoks.
  • Stimulasi otak.


Menteri kesehatan sudah menetapkan tembakau gorila dengan zat synthetic cannabinoids (ganja herbal/ganja sintetis) sebagai narkotika golongan I. Kepolisian dan Badan Narkotika Nasional akan terus mengawasi peredaran zat tersebut.
Mengetahui efek dan bahayanya maka awasi selalu anak dan anggota keluarga anda, jangan sampai mencoba dan mengkonsumsi tembakau gorila karena banyak dampak negatifnya.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...