Skip to main content

Akibat menghabiskan waktu terlalu lama di toilet

Sudah menjadi kebiasaan untuk beberapa orang ke toilet sambil membawa HP, sehingga tanpa sadar menghabiskan waktu belasan bahkan puluhan menit di dalam toilet. Kebiasaan seperti ini ternyata dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Risiko yang bisa terjadi jika menghabiskan cukup banyak waktu di toilet, baik itu di closet duduk atau di closet jongkok adalah parasthesia (kesemutan). Parathesia adalah gangguan pada serabut saraf yang menimbulkan sensasi seperti digelitik atau ditusuk-tusuk seperti gigitan semut. 


Dampak negatif akibat terlalu lama berada di toilet adalah :

  • Terserang bakteri.
Fungsi toilet sebenarnya hanya untuk tempat membersihkan diri, buang air besar dan buang air kecil. Toilet yang merupakan sarang kuman, tidak baik digunakan untuk melakukan hal lain dalam waktu yang cukup lama. Bakteri yang ada di toilet dapat masuk ke tubuh melalui sentuhan tangan dan udara yang terhirup ketika bernafas. Bakteri tersebut dapat mengakibatkan penyakit salah satunya diare. Biasakan untuk cuci tangan dan membersihkan diri sebelum keluar dari toilet.

  • Gangguan pada serabut saraf.
Pada toilet yang memiliki closet duduk, posisi kaki atas sampai bokong tertekan oleh dudukan closet. Di dalam kaki terdapat otot, pembulu darah, dan saraf. Jika itu tertekan terlalu lama tentunya mengakibatkan sirkulasi darah terganggu hingga menyebabkan kesemutan.

  • Penyakit wasir.
Dikhawatirkan merangsang munculnya wasir. Saat duduk atau jongkok di closet, kaki dalam posisi meregang tentunya diikuti dengan peregangan otot anus. Apabila hal itu berlangsung dalam waktu puluhan menit, maka akan menyebabkan rangsangan pada otot-otot di sekitar anus. Ditambah dengan mengejan hingga menyebabkan otot ikut keluar dan menyebabkan penyakit wasir (hemoroid).


Solusinya adalah jika ingin ke toilet tuntaskan dahulu prioritas yang berhubungan dengan BAB atau BAK. Jangan duduk atau jongkok terlalu lama di atas closet. Kebiasaan inilah yang sering terjadi di masyarakat yang tanpa disadari dapat merugikan kesehatan.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...