Skip to main content

Resiko jika sering tidur di lantai dan menggunakan kipas angin

Banyak sekali kebiasaan kecil yang tanpa disadari bisa mengganggu kesehatan. Salah satunya adalah kebiasaan tidur di lantai dengan menggunakan kipas angin. Jika dilihat dari penyebab sederhananya, di ruangan yang anda tempati kemungkinan terdapat jenis polutan, salah satu bentuknya adalah debu. Debu  yang terdapat di ruangan memiliki gaya berat sehingga mengendap di lantai, terutama jika lantainya menggunakan karpet. Pada saat tidur di lantai, tanpa disadari debu akan terhirup melalui hidung. Apalagi jika menggunakan kipas angin, debu akan berterbangan dan terhirup bersamaan dengan udara.


Dilihat dari akibat terburuknya. Dalam ilmu penyakit syaraf, kebiasaan tidur di lantai dengan menggunakan kipas angin dapat berisiko menyebabkan penyakit Bells Palsy. Bells Palsy yaitu penyakit yang menyerang syaraf wajah sehingga menyebabkan kelumpuhan di salah satu sisi otot wajah. 
Bells Palsy belum diketahui penyebab pastinya, tapi kemungkinan besar disebabkan oleh virus. Tanpa disadari tidur di lantai dan menggunakan kipas angin bisa menyebabkan virus-virus diruangan terbang tertiup angin. Virus dapat masuk ke tubuh melalui hidung, mulut dan telinga.


Akibat yang ditimbulkan dari penyakit Bells Palsy adalah :

  • Gangguan pada mata.
  • Otot wajah berkedut.
  • Mata tidak bisa tertutup.
  • Mulut miring


Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kipas angin dan kebersihan lantai. Kipas angin dan lantai yang kotor menjadi sarang kuman, bakteri, bahkan virus.


Selain Bells Palsy, bahaya lain yang timbul akibat tidur dilantai dengan menggunakan kipas angin adalah : 

  • Masuk angin.
Masyarakat pada umumnya mengenal istilah masuk angin. Masuk angin adalah gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan sakit kepala, meriang, demam, kembung, mual, muntah, dan diare.

  • Penyakit paru-paru.
Masyarakat mengenalnya dengan sebutan paru-paru basah. Istilah paru-paru basah tidak dikenal dalam dunia kedokteran. Yang ada adalah efusi pleura yaitu penumpukan cairan di dalam rongga dada antara dinding rongga dalam dan dinding paru-paru. Biasanya akibat infeksi tuberculosis, tumor paru dan tumor payudara. Jadi tidur di lantai tidak ada hubungannya dengan paru-paru basah. Hanya saja jika seseorang punya riwayat penyakit paru-paru sebaiknya hindari tidur di lantai agar terhindar dari debu yang dapat terhirup masuk ke dalam paru-paru.

  • Terserang flu.
Kotoran dilantai dan virus yang terbang tertiup angin dapat menyebabkan tubuh terserang flu. Apalagi jika tubuh sedang dalam kondisi tidak sehat. Virus akan sangat mudah menginfeksi tubuh.

  • Sakit punggung.
Tidur di lantai yang keras menyebabkan tulang dan otot tidak dapat releks. Dalam jangka waktu yang lama, kebiasaan tidur dilantai bisa merubah bentuk tubuh.

  • Sinusitis.
Bagi orang yang sensitif dan memiliki bakat alergi, debu dan kuman di dalam ruangan dapat menginfeksi rongga sinus. Gejala sinusitis hampir sama seperti flu. Tapi jika infeksinya sudah parah dapat terjadi pendarahan mimisan terus menerus.



Virus tidak akan menyerang jika tubuh dalam kondisi sehat. Bagaimana dengan anak-anak yang lebih suka bermain di lantai? Kembali lagi kepada kebersihan lantainya, pastikan lantai sudah disapu dan dipel sampai bersih. Hindari penggunaan kipas angin setiap hari secara terus menerus. Pastikan juga kondisi tubuh dalam keadaan sehat. Untuk anak-anak sebaiknya jangan tidur atau sering bermain di lantai dan hindari penggunaan kipas angin.

Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...