Skip to main content

Hati-hati, kebiasaan mengayun bayi dapat menyebabkan kematian!!!

Biasanya para orangtua sering mengangkat dan mengayun tinggi anaknya agar anaknya tertawa senang. Bagi anak kecil, diayun memang hal yang menyenangkan. Dibalik itu tahukah anda bahwa hal itu berbahaya dan mengancam perkembangan otak bahkan bisa menyebabkan kematian?


Dalam dunia kedokteran, terdapat penyakit yang bernama Shaken Baby Syndrome yaitu bentuk pendarahan otak ataupun pendarahan retina disertai retak atau patah pada tulang-tulang rusuk yang diakibatkan oleh trauma guncangan. Guncangan yang terlalu kencang dapat membuat robeknya anyaman pembuluh darah pada otak bayi. 

Hal itu rentan terjadi terutama pada bayi yang berusia di bawah satu tahun karena bayi belum dapat mengontrol gerak kepala akibat guncangan di tubuhnya. Selain itu adalah retak di tulang rusuk ataupun tulang panjang akibat genggaman yang terlalu erat pada saat mengayun.


Gejala yang ditimbulkan akibat terjadinya Shaken Baby Syndrome adalah :

  • Bayi rewel.
  • Muntah.
  • Kejang,
  • Hilangnya kesadaran akibat trauma guncangan. 

Secara sengaja atau tidak, apabila bayi mengalami gejala shaken baby syndrome, langkah yang paling tepat adalah segera bawa bayi ke rumah sakit. Tindakan yang cepat dapat mengurangi resiko kerusakan otak. Kasus yang umumnya terjadi, satu dari empat bayi yang mengalami shaken baby syndrome tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia.


Apabila anak tidur di atas ayunan, terkadang ayunan membuat bayi merasa nyaman, apakah itu juga berbahaya? 

Yang perlu diperhatikan adalah gerak kepala anak saat diayun atau diguncang.  Pastikan letak kepala aman serta tidak terjadi gerakan yang kencang pada bagian kepala. Menenangkan anak dengan cara mengayun boleh saja dilakukan, asalkan dalam batas normal tidak terlalu kencang.

Disisi lain menimang anak secara pelan justru berguna untuk menstimulasi keseimbangannya. Tetapi, terkadang orangtua terlalu gemas sehingga melakukan hal yang berlebihan kepada anaknya. Hal-hal kecil seperti ini kadang tidak diketahui bahkan tidak disadari dampaknya oleh para orangtua. Jangan sampai niat membuat anak tertawa justru malah membahayakan dan mengancam jiwa anak.


Comments

Popular posts from this blog

Penyakit Brahma, benarkah penyakit kutukan? Simak penjelasannya dalam ilmu medis

Indonesia kaya akan budaya yang sebagian masyarakatnya masih mempercayai tahayul. Dalam masyarakat Betawi, dikenal penyakit Brahma yang konon terjadi akibat melewati tempat bekas orang berzina. Penyakit tersebut diyakini hanya bisa disembuhkan dengan cara disembur oleh dukun kemudian dioleskan campuran daun brahma merah, jamur pandan merah dan minyak kelapa. Pada kasus yang terjadi, penderitanya datang dengan keluhan demam, muncul lesi seperti bisul berisi air disertai rasa panas seperti terbakar, beberapa diantaranya sampai meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran tidak dikenal penyakit Brahma air ataupun Brahma api. Dilihat dari gejala fisiknya, penyakit tersebut masuk dalam kategori infeksi akut. Jenis infeksi akut salah satunya adalah sepsis. Hampir 95% gejala penyakit Brahma (yang disebut oleh orang betawi), sesungguhnya merupakan gejala sepsis. Sepsis adalah kondisi peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi bakteri ataupun mikroorganisme di dalam darah, uri...

Kasus medis gatal dan panas di leher (Dermatitis Venenata)

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 40 tahun, ibu rumah tangga sehari-hari menggunakan jilbab datang dengan keluhan sebagai berikut : Muncul plenting di kulit leher sejak 3 minggu (plenting yang dimaksud adalah vesikel-bula). Plenting terasa gatal dan panas. Oleh dokter dikatakan pasien mengalami herpes. Sudah diberi acyclovir zaft dan acyclovir tab, obat sudah habis namun tidak sembuh. Diagnosis medis : Lesi hanya soliter dan terbatas pada 1 regional saja, menurut saya ini bukan herpes. Herpes tidak tepat diberikan acyclovir cream untuk kasus herpes zoster. Dari anamnesis dan gambaran dermatologi, pasien menderita Dermatitis Venenata. Terapi yang diberikan : Tes Kalium hidroksida (KOH) 10% dan lampu wood. Metilprednisolon tab 3 x 4 mg. Natrium diklofenak tab 3 x 50 mg prn. Cetirizine tab 1 x 10 mg prn. Digenta cream 2 x 1 ue. Kontrol kembali 5 hari kemudian.

Kasus medis ruam gatal di bawah payudara (Tinea corporis et regio thoracal) dan obatnya

Penjelasan kasus. Seorang wanita usia 28 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut : Ruam di kulit bagian bawah payudara sejak seminggu. Ruam terasa gatal terutama saat berkeringat. Awalnya ruam berukuran kecil dan semakin membesar. Memakai pakaian ketat. Jarang mengganti pakaian saat berkeringat. Riwayat alergi (tidak ada). Riwayat diabetes melitus (tidak ada). Riwayat pemakaian lotion ataupun bedak di area tersebut (tidak ada). Riwayat hamil (tidak ada). Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (tidak ada). Keterangan : pasien telah memakai obat gentamisin krim selama 3 hari namun ruam tidak membaik. Status dermatologi : Terdapat plak eritema berbatas tegas dengan central healing. Diagnosis medis : Tinea corporis et regio thoracal. Untuk membuktikannya bisa dilakukan skin scraping dan diKOH mencari hifa dan spora. Terapi yang diberikan : Loratadin 2 x 1 tab. Mikonazol cream 2 x 1 ue dioles tipis. Obat golongan azole dan diberikan selama...